Jokowi Dukung Ganjar atau Prabowo, Begini Analisa Yunarto Wijaya

VIVA Politik – Gesture Presiden Joko Widodo atau Jokowi jadi perhatian di tengah dinamika politik menuju Pilpres 2024. Jokowi dikaitkan dengan dukungan politiknya terhadap Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.

Pengamat politik Yunarto Wijaya menganalisa sampai saat ini belum bisa dipastikan sikap Jokowi meng-endorse antara Ganjar atau Prabowo. Menurut dia, jika merujuk di Amerika Serikat, maka seorang Presiden punya sikap untuk memastikan legacy-nya dalam dukungan politiknya.

“Yang tidak boleh adalah menggunakan kekuasaan ketika dia masih berkuasa,” kata Yunarto dalam Kabar Petang tvOne yang dikutip VIVA pada Selasa, 8 November 2022.

Menurut dia, dengan berbagai momen belakangan ini, Jokowi dikaitkan dengan tafsir dukungan ke Ganjar, Prabowo, Airlangga Hartarto, hingga Erick Thohir.

Dia bilang dalam hal ini bisa disimpulkan siapa yang membuat nyaman Jokowi. Dari momen ini yang sering dibahas adalah Ganjar.

Momen Rakernas Projo Pun, dia mengaitkan dengan rakernas relawan Pro Jokowi (Projo) di Magelang, Jawa Tengah pada Mei 2022. Saat itu, hadir Ganjar dan disinggung langsung oleh Jokowi ketika acara berlangsung.

“Kenapa? Karena ini untuk pertama kalinya Pak Jokowi bicara mengenai Pilpres 2024 di hadapan relawan Pilpres. Terkait sosok satu-satunya yang hadir di situ yang bisa ditafsirkan adalah Ganjar Pranowo,” jelas Yunarto.

Yunarto juga menyinggung gesture Jokowi yang belakangan ini kerap dikaitkan dengan Prabowo. Kata dia, dukungan Jokowi ke Prabowo ditafsirkan secara eksplisit.

Meski demikian, ia juga menyinggung saat Jokowi secara implisit ditafsirkan beri dukungan ke Airlangga Hartarto ketika puncak acara HUT Golkar ke-58.

“Kita tafsirkan juga secara implisit, ada dukungan juga yang diberikan kepada Airlangga. Yang keempat mas Erick Thohir yang berani kemudian bergerak kita lihat atributnya di mana-mana,” ujar Direktur Eksekutif Charta Politika tersebut.

Namun, untuk melihat bentuk dukungan, menurutnya perlu dilihat variabel peluang menang yang besar. Variabel peluang menang itu jadi perhatian selain chemistry.

“Pada skala ini, kita hanya tahu hanya ada dua nama yang menuhi prasyarat minimal sesuai survei sekarang hanya mas Ganjar dan Pak Prabowo. Itu yang jadi menarik, ketika kita perdebatkan adalah apakah Ganjar atau Prabowo?” lanjut Yunarto.

Ganjar Ada Otoritas Megawati

Bagi dia, baik Ganjar dan Prabowo sudah memenuhi syarat dari chemistry dan variabel peluang menang. Menurutnya, dari gesture-gesture beberapa tahun ini, kedua tokoh itu peluang menang.

Tapi, Yunarto punya catatan untuk dukungan terhadap Ganjar. Dia menyoroti demikian karena ada perbedaan antara dukungan ke Ganjar dan Prabowo.

“Ada perbedaan sebetulnya hal yang paling berat dilakukan Pak Jokowi ketika ingin menyatakan dukungan itu menurut saya adalah kepada mas Ganjar. Dalam situasi sekarang ya,” ujarnya.

Dia menekankan ke Ganjar karena sama-sama kader PDIP seperti Jokowi. “Ketika beliau menyampaikan dukungan seakan-akan ada otoritas lain. Katakanlah ada otoritas yang mengatakan tersebut ada Ibu Megawati,” tutur Yunarto.

Menurutnya, berbeda saat menyatakan dukungan ke Airlangga atau Prabowo. Dia menyebut dua tokoh itu tak ada otoritas lain. “Hal itu kemudian menurut saya kehati-hatian kepada mas Ganjar akan lebih menarik untuk kita lihat misterinya,” sebut Yunarto.
Meski demikian, ia menganalisa hingga detik ini, secara eksplisit bicara dukungan Jokowi lebih ke Ganjar. Baca Juga :

“Saya mesti mengatakan sampai detik ini hal-hal yang paling eksplisit adalah dukungan kepada Ganjar Pranowo dalam Rakernas Projo di bulan Mei,” katanya.

Oleh: Hardani Triyoga
Sumber foto: Laily Rachev – Biro Pers Sekretariat Presiden
Sumber: Viva.co.id

Survei Charta Politika: Di Sumut dan Kaltim, Elektabilitas Ganjar Unggu

JAKARTA – Ganjar Pranowo berada di puncak elektabilitas sebagai calon presiden (capres) 2024 berdasarkan hasil survei Charta Politika Indonesia bertajuk “Preferensi Sosial dan Politik” di Sumatera Utara dan Kalimantan Timur. Ganjar mengungguli Anies Baswedan dan Prabowo Subianto.

Di Sumatera Utara, Ganjar berada di urutan pertama dengan mengantongi 26,8 persen dukungan responden. Di posisi kedua ada mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mencapai 24,3 persen. Sementara itu, Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto, 22,9 persen.

”Pada simulasi 10 nama, Ganjar Pranowo mendapatkan elektabilitas tertinggi, unggul tipis di atas Anies Baswedan dan Prabowo Subianto. Kemudian, nama-nama lainnya berada di bawah 6 persen, dan responden yang tidak menjawab atau tidak tahu sebesar 8,6 persen,” kata Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya, Jumat (21/10/22).

Elektabilitas Ganjar kembali unggul di Kalimantan Timur dibandingkan Anies Baswedan dan Prabowo Subianto yang berada di urutan kedua dan ketiga. Ganjar memperoleh elektabilitas tertinggi dengan raihan 26,6 persen pada simulasi 10 nama capres.

Elektabilitas Anies Baswedan berada di posisi kedua sebanyak 25,3 persen dan Prabowo Subianto 23,8 persen. Sedangkan, nama-nama lainnya hanya memperoleh angka di bawah 4 persen.

”Sementara, kita lihat di Kalimantan Timur, Ganjar kembali mendapatkan elektabilitas tertinggi. Unggul tipis di atas Anies Baswedan dan Prabowo Subianto,” terang Yunarto.
Sekadar informasi, survei di Sumatera Utara dilakukan pada tanggal 20 – 27 September 2022 dengan jumlah sampel sebanyak 800 responden dengan margin of error 3,46 persen. Lalu, di Kalimantan Timur, survei dengan kriteria yang sama dilakukan pada 28 September – 4 Oktober 2022, dengan jumlah sampel 800 responden dan margin of error 3,46 persen.

Kriteria responden berusia minimal 17 tahun atau sudah memenuhi syarat pemilih yang diwawancara tatap muka atau face to face interview. Sampel dipilih dengan metode sampling multistage random sampling.p

Puguh Hariyanto
Foto: SINDOnews
Sumber: https://bit.ly/3TN4I3l

Survei Charta Politika: Prabowo Paling Banyak Dipilih Jadi Capres oleh Masyarakat Jaba

JAKARTA – Hasil survei Charta Politika Indonesia menyebut Prabowo Subianto memiliki tingkat keterpilihan atau elektabilitas tertinggi dari masyarakat Provinsi Jawa Barat (Jabar). Hal ini berdasarkan survei yang dilakukan pada September 2022.

“Prabowo Subianto menjadi pilihan tertinggi publik sebagai calon presiden,” kata Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya, Jumat (21/10/2022).

Ketua Umum DPP Partai Gerindra itu memperoleh elektabilitas sebesar 31,3%. Sementara, Anies Baswedan menduduki peringkat kedua dengan elektabilitas sebesar 19,1%. Selanjutnya, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menduduki peringkat ketiga dengan elektabilitas sebesar 18,3%. Pada posisi keempat, diisi oleh Ganjar Pranowo dengan memperoleh elektabilitas sebesar 16,3%. Sementara, Airlangga Hartarto menduduki peringkat kelima dengan memperoleh elektabilitas sebesar 3,2%.

Agus Harimurti Yudhyono (AHY) menyusul dengan elektabilitas sebesar 2,1%. Di bawahnya, terdapat sosok Sandiaga Uno dengan elektabilitas sebesar 1,7%. Sementara, Puan Maharani berada di peringkat kedelapan dengan elektabilitas sebesar 1,2%. Di posisi kesembilan, nama Erick Thohir muncul dengan elektabilitas sebesar 0,7%, dan terakhir ada nama Khofifah Indar Parawansa dengan elektabilitas 0,1%. “Tidak tahu atau tidak jawab 5,8%,” ujarnya.

Untuk diketahui, survei Charta Politika Indonesia di Provinsi Jawa Barat ini dilakukan pada tanggal 20-27 September 2022 kemarin. Di mana, sebanyak 1.200 responden yang diambil dalam survei ini.

Survei dilakukan melalui wawancara tatap muka secara langsung dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Sementara, metodologi yang digunakan adalah metode acak bertingkat (multistage random sampling) pada tingkat kepercayaan 95%.

Felldy Utama
Foto: SINDOnews
Sumber: https://bit.ly/3z3NdUH

Survei Charta Politika: Gibran Unggul Gantikan Ganjar di Pilkada Jateng

JAKARTA, KOMPAS.com – Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka berpeluang menggantikan Ganjar Pranowo sebagai Gubernur Jawa Tengah pada Pilkada tahun 2024.

Berdasarkan survei Charta Politika Indonesia terkait Preferensi Sosial dan Politik Masyarakat Provinsi Jawa Tengah Tahun 2022, nama Gibran unggul dibanding calon kepala daerah lainnya dengan angka 37,7 persen.
Capaiannya bahkan cukup lebar dibanding dengan nama-nama lain di posisi selanjutnya.
“Secara tertutup, Gibran Rakabuming Raka menjadi pilihan responden tertinggi sebagai Kepala Daerah Jawa Tengah (37,7 persen),” jelas Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya dalam survei, dikutip Kompas.com, Jumat (14/10/2022).

Dalam survei itu, Gibran unggul atas Taj Yasin Maimoen yang mendapatkan suara 12,5 persen. Ia pun unggul dari Hendrar Prihardi (Hendi) yang mendapat 7,7 persen.

Lalu, FX Hadi Rudyatmo hanya mendapatkan suara sebesar 4,7 persen. Diikuti Achmad Husein sebesar 3,7 persen, Sudirman Said sebesar 3,1 persen, Rustriningsih 2,2 persen, Komjen Condro Kirono sebesar 0,5 persen, dan lainnya sebesar 2,3 persen.
“Pada pertanyaan tertutup terkait jika pemilihan Gubernur Jawa Tengah pada tahun 2024 dilaksanakan hari ini, Gibran Rakabuming Raka cukup mendominasi pilihan publik sebagai calon Gubernur pada simulasi yang dilakukan,” sebut Yunarto.

Hasil survei juga mengungkapkan, kepuasan publik terhadap kinerja pemerintah di Jawa Tengah sangat baik, berada di atas angka 80 persen.

Sementara itu, tingkat pengetahuan masyarakat tentang Pemilu 2024 sudah berada atas 65 persen yang menyatakan mereka tahu.
Hal ini mengindikasikan sosialisasi Pemilu 2024 sudah mulai merata di wilayah Jawa Tengah.

Sebagai informasi, survei di Provinsi Jawa Tengah dilakukan dengan jumlah sampel 1.200 responden, yang dilakukan pada 20-27 September 2022.

Survei dilakukan melalui wawancara tatap muka secara langsung dengan menggunakan kuesioner terstruktur dengan protokol kesehatan yang ketat. Metodologi yang digunakan adalah metode acak bertingkat (multistage random sampling) pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Penulis : Fika Nurul Ulya
Editor : Bagus Santosa
Foto : KOMPAS.COM/Fristin Intan Sulistyowati

 

Gibran Unggul di Survei Pilgub Jateng Charta Politika: Tunggu Sukmben Wae!

Solo – Nama Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, menempati urutan teratas dalam survei elektabilitas pemilihan gubernur (Pilgub) Jawa Tengah (Jateng) 2024 versi Charta Politika.

Survei yang dilakukan pada 20-27 September 2022 itu, menempatkan Gibran di urutan pertama dengan perolehan 37,7 persen. Sementara di urutan kedua ada Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen dengan 17,5 persen, dan mantan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi dengan 7,7 persen.

“Mosok? Saya belum lihat surveinya, kalau tertinggi biasanya incumbent,” kata Gibran saat ditemui di Balai Kota Solo, Jumat (14/10/2022).

Gibran menanggapi santai survei tersebut. Sebab, dia menilai Pemilu masih lama, sehingga ia ingin fokus pada pekerjaannya sebagai Wali Kota Solo.

Hasil survei tersebut cukup tinggi, mengingat Gibran merasa tidak melakukan kampanye untuk maju sebagai Calon Gubernur Jateng.

“Aku ra tau (aku tidak pernah) kampanye di Jateng. Biasa-biasa wae (biasa-biasa saja). Tunggu sukmben wae (besuk saja),” ucapnya.

Terlebih, belum ada pembicaraan dengan partai politik (Parpol) untuk dirinya tetap di Solo atau maju sebagai Gubernur di Jateng atau DKI Jakarta. “Belum ada arahan (Parpol). Jik suwe (masih lama),” ujar Politisi PDIP Solo itu.

Saat ditanya, lebih tertarik memimpin Jateng atau DKI Jakarta, Gibran menyerahkan semuanya kepada masyarakat. Sebab, nilai surveinya di Jateng baru memperoleh 37,7 persen.

Sementara dalam survei terbaru Pilgub DKI Jakarta versi Political Statistics (Polstat), Gibran berada di urutan ke-3 dengan perolehan 10,5 persen.

“Ini bukan masalah tertarik tidak tertarik, tapi warga gelem ora (mau tidak). Ya kan cuma 37 persen. Sisane? Sisane ra gelem,” ucapnya.

Putra Sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu menerangkan, dia tidak memikirkan hasil survei yang dilakukan. Hingga saat ini, dia menegaskan masih belum memutuskan kelanjutan karir politiknya di Pemilu 2024

“Waktunya masih panjang, saya belum memutuskan apa-apa. Survei ya kayak gitu, ra mikir survei,” pungkasnya.

 

Agil Trisetiawan Putra – detikJateng
Foto: Agil Trisetiawan Putra/detikJateng.
Sumber: https://bit.ly/3MCSnML

Pilpres 2024 Bakal Lebih Kompleks, Ini Alasannya

JAKARTA, investor.id – Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya mengatakan, pelaksanaan pemilu presiden (Pilpres) 2024 akan lebih kompleks dibandingkan Pilpres sebelumnya. Pasalnya, tidak ada lagi calon presiden incumbent, sehingga masuk di fase open election.

“Secara mindset, secara terminologi politik, situasinya akan jauh lebih kompleks dibandingkan sebelumnya. Kita masuk dalam fase yang disebut open election, situasi ketika incumbent tidak bisa maju kembali,” kata Yunarto dalam acara Investor Daily Summit 2022 sesi diskusi bertajuk “Understanding Indonesia’s Social Politic Landscape: Impact on Economic Growth and Investment Climate”, di Jakarta Convention Center, Jakarta, Selasa (11/10/2022).

Sebelumnya di Pilpres 2019, Joko Widodo (Jokowi) yang berstatus incumbent bisa maju kembali dalam pemilihan presiden, sehingga sebetulnya sudah terbaca siapa yang akan memenangkan Pilpres.

“Kalau 2019 Pak Jokowi bisa maju kembali, orang tahu yang namanya incumbent itu kampanye gratisan 5 tahun, berat melawan incumbent, sehingga kemudian sudah bisa terbaca apa yang akan terjadi dalam pemilu. Nah, libido yang tertahan di 2019, sekarang ini meledak. Jadi, seperti ada balas dendam, semua merasa ada haknya dan merasa punya peluang untuk jadi capres dan cawapres,” kata Yunarto.

Dalam open election, lanjut Yunarto, semua berjalan dengan sangat cepat dan konflik sangat mungkin bisa terjadi. Ia juga melihat polarisasi masih akan terjadi pada Pilpres 2024 karena memang polarisasi secara sosiologis tidak bisa terelakan. Di negara maju seperti Amerika Serikat pun, polarisasi juga masih terjadi akibat akses dari Pemilu.

“Polarisasi sulit untuk bisa kita anggap selesai di 2024, dengan pola yang itu-itu saja dan kubu yang itu-itu saja,” kata Yunarto.

Menurut Yunarto, yang kemudian menjadi masalah adalah ketika ada elit politik atau partai yang menggunakan perbedaan ini secara sosiologis untuk membakar ujaran-ujaran kebencian.

“Itulah yang harus kita tolak sebagai sebuah perilaku politik. Kita pernah melihat bagaimana sejarah politik Indonesia beberapa tahun terakhir di Pemilu 2014, Pemilu 2019 dan Pilkada 2017, itu bukan hanya menyisakan pertarungan di level elit atau relawan, tetapi tersisa menjadi sebuah pertentangan yang sifatnya horizontal di antara masyarakat,” ujarnya.

Yunarto mengatakan, karena polarisasi tidak bisa terelakan, seharusnya polarisasi atau perbedaan bisa dibuat menjadi lebih produktif, sehingga perdebatannya bukan pada hal-hal dasar terkait isu SARA.

“Perbedaan itu tidak bisa dihilangkan, dia pasti ada dalam dialektika sejarah manusia, bahkan di negara maju. Tetapi ketika belum menjadi capres pun sudah bertamunya ke kelompok yang jelas bahkan pernah terkena tindak pidana kriminal karena itu, bagaimana kita bisa berharap kesepakatan kita untuk kemudian membuat polarisasi itu lebih produktif. Polarisasi ada, tetapi bagaimana tugas kita membuat perbedaan itu menjadi produktif,” kata Yunarto.

 

Herman (redaksi@investor.id)
Editor: Lona Olavia (olavia.lona@gmail.com)
Foto: Investor.id
Sumber: https://bit.ly/3fOBjHl (Investor.id)

Yunarto Wijaya: PDIP Sulit Dapatkan Koalisi Jika Usung Puan Maharani

Jakarta, Beritasatu.com – Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya menyatakan PDI Perjuangan (PDIP) akan sulit mendapatkan koalisi jika mengusung Puan Maharani pada Pilpres 2024.

“Ketika yang diusung adalah Mbak Puan kecenderungan buat PDI Perjuangan mendapatkan koalisi dari partai lain lebih sulit. Karena basis utama dari keinginan partai untuk mendukung capres itu adalah ketika peluang menangnya besar,” ujar Yunarto Wijaya ditemui usai acara BNI Investor Daily Summit 2022 di JCC, Jakarta Pusat, Selasa (11/10/2022).

Yunarto mengaku dirinya tidak dapat membayangkan ada koalisi lain yang ingin bergabung dengan calon presiden yang memiliki angka elektabilitas hanya dua hingga tiga persen saja. Namun, situasinya akan berbeda jika Partai PDI Perjuangan mengusung Ganjar Pranowo sebagai calon presiden.

“Peluang menangnya besar dan di situlah menurut saya potensi dari partai-partai lain untuk bergabung juga akan lebih besar,” jelas Yunarto.

“Sepertinya memang bisa terlihat ya ketika PDI Perjuangan hanya koalisi tunggal tanpa didukung oleh partai lain pun, walaupun mereka adalah partai pemenang pemilu, sulit untuk bisa menang. Karena kita tahu pemilu kita membutuhkan angka 50% plus satu untuk mendapatkan kemenangan,” tambahnya.

Lebih lanjut, Yunarto Wijaya juga berbicara perihal nama-nama calon presiden yang sudah diusung beberapa partai seperti Partai Nasdem dengan Anies Baswedan, Partai Golkar dengan Airlangga Hartarto beserta peluangnya. Dia menjelaskan berdasarkan survei sepanjang setahun terakhir hanya ada tiga nama yakni Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan yang mengungguli nama-nama lain.

“Mereka sudah di atas 20%, nama lain di bawah 10 persen. Artinya terlihat sekali arus besar pemilih menginginkan tiga nama ini. Pak Prabowo dikarenakan modal investasi yang maju dua kali dalam pilpres, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan menurut saya dianggap mewakili dua kubu yang bertarung selama ini,” jelas Yunarto Wijaya.

Selain itu ditambah juga dengan personal branding mereka yang cukup kuat di mata anak muda. Jika pilihannya dipersempit, kata Yunarto Wijaya, maka peluang ruang gerak lebih besar ada di Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo untuk meningkatkan elektabilitas.

Oleh : Gabriella Putrinda / JAS
Foto:YouTube BPMI Setpres
Sumber: https://bit.ly/3Vj0HVX (BeritaSatu)

Charta Politika: Ganjar Pranowo Bisa Menjadi Magnet Elektoral PDI Perjuangan di Pemilu 2024

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menilai Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dapat meningkatkan elektoral PDI Perjuangan pada Pemilu 2024 mendatang.

Yunarto menjelaskan dalam survei Charta Politika terbaru, elektabilitas Ganjar dalam semua simulasi berada di atas angka 20 persen.

“Artinya Ganjar berpotensi menjadi dongkrak dan magnet elektoral dari PDI Perjuangan ketika dua variabel orang dengan survei tertinggi dan partai dengan survei tertinggi ini kemudian menjadi satu variabel,” kata Yunarto dalam Rilis Survei Charta Politika: Kondisi Sosial Politik dan Peta Elektoral Pasca Kenaikan Harga BBM di kanal Youtube Charta Politika Indonesia, Kamis (22/9/2022).

Di lain sisi, Yunarto mengungkapkan keuntungan elektoral tidak akan didapat jika PDIP mengusung Ketua DPR RI Puan Maharani menjadi capres.

Yunarto menyebut elektabilitas Puan masih berada di angka 2 persen, sehingga berpotensi menjadi beban elektoral PDIP pada Pemilu 2024.

“Mba Puan ada di angka sekitar 2 persen, artinya sosok capres ini yang seharusnya logikanya dalam Pemilu serentak bisa menjadi dongkrak elektoral, ini berpotensi menjadi beban elektoral,” jelas Yunarto.

Dalam survei Charta Politika, PDIP meraih elektabilitas dengan perolehan 21,4 persen.

Meski begitu, Yunarto mengatakan partai tidak hanya menggunakan hasil survei sebagai pertimbangan dalam memilih capres yang akan diusung.

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Wahyu Aji
Foto: Pemprov Jateng
Sumber:https://bit.ly/3DOsg3d

Survei Charta Politika: Ganjar Teratas dengan 31,3 Persen, Disusul Prabowo dan Anies

TEMPO.CO, Jakarta – Ganjar Pranowo meraih elektabilitas tertinggi dalam survei terbaru Charta Politika Survei Indonesia yang dilakukan pada 6-13 September 2022.

Charta Politika melakukan beberapa simulasi dalam pengumpulan data. Pada simulasi 10 nama, Ganjar Pranowo meraih elektabilitas 31.3 persen. Tepat di bawahnya ada Prabowo Subianto yang mendapatkan elektabilitas 24.4 persen. Kemudian pada peringkat ketiga merupakan Anies Baswedan yang memperoleh elektabilitas 20.6 persen.

“Terlihat jelas bahwa hasil survey ini menunjukkan Elektabilitas Ganjar lebih unggul dibanding elektabilitas Prabowo dan juga Anies,” seperti dikutip dari rilis Charta Politika, Kamis 22 September 2022.

Peringkat keempat tertuju pada nama Ridwan Kamil yang mendapatkan elektabilitas 7.2 persen. Kemudian di urutan ke lima ada Sandiaga Uno dengan elektabilitas 2.5 persen. Perbandingan elektabilitas yang didapatkan masing-masing calon tiga besar dengan calon di bawahnya terbilang jauh.

Pada simulasi tiga nama pun Ganjar tetap unggul

Kemudian jika melihat pada simulasi 3 nama yang tercantum, Ganjar Pranowo masih unggul dengan elektabilitas 37.5 persen. Di bawahnya, Prabowo Subianto yang mendapatkan elektabilitas 30 persen, lalu diikuti oleh Anies Baswedan dengan elektabilitas 25.2 persen. “Pilihan publik terhadap ketiga calon presiden terbilang stabil,” dalam keterangan Charta.

Charta Politika Survei Indonesia telah melakukan survei pada kurun waktu satu minggu. Survei ini memakai metode wawancara tatap muka yang diikuti oleh 1220 responden dengan menggunakan multistage random sampling. Survei ini memiliki margin of error 2.82 persen.

 

Reporter: magang_merdeka
Editor: Eko Ari Wibowo
Foto: Tempo.co
Sumber: https://bit.ly/3C0G61a

 

Survei Charta Politika: Elektabilitas Ganjar Tertinggi, Disusul Prabowo dan Anies

JAKARTA, KOMPAS.com – Hasil survei Charta Politika Indonesia menempatkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di peringkat pertama sebagai tokoh politik dengan elektabilitas tertinggi (31,3 persen).

Sementara setelah Ganjar, terdapat nama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (24,4 persen) dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedann (20,6 persen).

Ketiga tokoh ini mendapatkan elektabilitas tertinggi berdasarkan hasil survei elektabilitas Charta Politika Indonesia dengan simulasi 10 nama.

“Pada simulasi 10 nama, Ganjar Pranowo 31,3 persen, Prabowo Subianto 24, dan Anies Baswedan 20,6 persen mendapatkan elektabilitas tertinggi,” demikian siaran pers Charta Politika Indonesia, Kamis (22/9/2022).

Adapun Ketua DPR RI Puan Maharani menempati posisi keenam dengan 2,4 persen, dan ketujuh ada nama Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono dengan 2,2 persen.

Selanjutnya, peringkat kedelapan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto 1,7 persen, kesembilan Menteri BUMN Erick Thohir 1,6 persen, dan kesepuluh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa 1,1 persen.

Dalam survei tersebut, 4,9 persen responden menyatakan tidak tahu dan tidak jawab.

Adapun survei Charta Politika Indonesia melibatkan 1.220 responden melalui wawancara tatap muka yang dilaksanakan pada 6-13 September 2022.

Margin of error dalam survei ini lebih kurang 2,82 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

 

Penulis : Achmad Nasrudin Yahya
Editor : Dani Prabowo
Foto : Dok PDIP
Sumber :https://bit.ly/3S5t3RN