Survei Charta: Ganjar Ungguli Prabowo dan Anies di Jateng-NTT

Jakarta – Lembaga survei Charta Politika merilis hasil survei terkait elektabilitas calon presiden. Hasilnya, Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo unggul di Jateng dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Ganjar memperoleh angka elektabilitas tertinggi di Jateng dengan 70%. Disusul Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

“Untuk elektabilitas calon Presiden, nama Ganjar Pranowo unggul jauh dari nama-nama lainnya, perolehan angka yang cukup tinggi dengan 70%. Sementara nama lainnya seperti Prabowo Subianto 9%, Anies R Baswedan 7%, masih berada di bawah 10%,” demikian petikan rilis Survei Charta Politika dikutip Kamis (14/4/2022).

Sementara itu, Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya mengatakan di NTT, Ganjar memperoleh total dukungan hampir 28%. Sementara elektabilitas Prabowo dan Anies menyusul di belakang.

“Untuk simulasi calon presiden di Nusa Tenggara Timur, Ganjar mendapat dukungan lebih tinggi dengan 27,6% dibandingkan dengan nama lainnya seperti Prabowo Subianto 21,5 % dan Anies R Baswedan 9,6%,” paparnya.

Di sisi lain, elektabilitas Prabowo unnggul di Kalimantan Timur, disusul Ganjar di posisi kedua dan Anies di posisi ketiga.

“Prabowo Subianto menjadi yang paling tinggi dipilih masyarakat dengan 29,3%, sementara di urutan kedua ada nama Ganjar Pranowo dengan 19,9% unggul tipis dari Anies Baswedan yang dipilih oleh sebanyak 18%,” pungkasnya.

Sebagai informasi, survei capres di NTT dan Kaltim dilaksanakan pada 4 sampai 12 Maret 2022 dengan total 1.600 responden melalui wawancara tatap muka. Margin of error survei ini antara 2,97% hingga 3,4%.

Sementara di Jateng, survei dilakukan pada 14 sampai 19 Februari 2022 dengan 1.090 responden melalui wawancara tatap muka. Margin of error survei ini berkisar 2,97%.

Survei dilakukan dengan metode multistage random sampling. Para responden diberi pertanyaan ‘Jika pemilihan presiden diadakan sekarang, siapa yang akan Bapak/Ibu/Saudara pilih sebagai Presiden’.

 

Atta Kharisma – detikJateng
Foto: Dok. detikcom
Sumber: Detik.com

Survei Charta Politika: Mayoritas Warga Jateng Setuju Pemilu 2024

Jakarta, Beritasatu.com – Charta Politika Indonesia menyampaikan rilis survei bertajuk Laporan Survei Jawa Tengah: Survei Preferensi Sosial dan Politik Masyarakat Tahun 2022. Salah satu temuan yang diungkapkan dalam rilis tersebut yakni mayoritas warga Jawa Tengah (Jateng) setuju Pemilu 2024.

Saat survei, para responden ditanya soal setuju atau tidaknya mereka dengan pelaksanaan pemilihan umum legislatif, presiden-wakil presiden, serta kepala daerah secara serentak pada tahun 2024. Diungkapkan, ada 73,1% responden di Jateng yang setuju terhadap pelaksanaan Pemilu 2024.

Awalnya, para responden ditanya soal pengetahuan mereka mengenai Pemilu 2024. Dipaparkan, ada 56% responden masyarakat yang mengetahui pelaksanaan Pemilu 2024, sementara 44% lainnya tidak mengetahui.

Mereka yang mengetahui Pemilu 2024 lalu ditanya soal kesetujuan mereka terhadap pelaksanaan Pemilu 2024. Dari pertanyaan tersebut, diperoleh angka responden sebanyak 73,1%. Sementara itu, ada 24,6% responden yang menyatakan tidak setuju terhadap pelaksanaan Pemilu 2024, sedangkan 2,3% responden tidak tahu/tidak menjawab.

“Pada masyarakat yang mengetahui pelaksanaan Pemilu pada 2024 mendatang, mayoritas menyatakan setuju dengan pelaksanaan perhelatan tersebut,” tertulis dalam paparan rilis survei dari Charta Politika, dikutip Kamis (14/4/2022).

Diketahui, survei tersebut dilakukan pada 14-19 Februari 2022. Survei menggunakan multistage random sampling dengan jumlah sampel di Provinsi Jateng sebesar 1.090 Responden. Survei dilaksanakan melalui wawancara tatap muka dengan protokol kesehatan yang ketat, dan margin of error +/- 2,97%.

 

Sumber: Beritasatu.com
Oleh : Muhammad Aulia / FFS
Foto: Antara

Survei Charta Politika: Gibran Rakabuming Calon Gubernur Jawa Tengah Terkuat

TEMPO.CO, Jakarta – Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka menempati posisi pertama dalam survei Charta Politika soal elektabilitas calon Gubernur Jawa Tengah. Meskipun demikian, masih banyak masyarakat yang belum menentukan pilihannya.

Gibran mengalahkan nama-nama lainnya untuk menjadi pengganti Ganjar Pranowo yang tak lagi dapat mencalonkan diri karena telah menjabat selama dua periode. Dalam rilis yang diterima Tempo, Gibran mendapatkan elektabilitas sebesar 28,5 persen. Dia bahkan mengalahkan Wakil Gubernur Jawa Tengah saat ini, Taj Yasin Maimoen, yang hanya memiliki elektabilitas 11,3 persen. Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi berada di posisi ketiga.

“Dalam simulasi calon Gubernur Jawa Tengah, nama Gibran Rakabuming Rakamenduduki peringkat pertama dengan 28,5 persen masyarakat yang memilih namanya. Sementara nama selanjutnya adalah Taj Yasin Maimoen yang merupakan Wakil Gubernur Jawa Tengah saat ini dengan 11,3 persen. Sementara di urutan ketiga ada Hendrar Prihadi (Hendi) dengan 6 persen,” tulis rilis tersebut.

Hasil lengkap elektabilitas calon Gubernur Jawa Tengah versi Charta Politika:

1. Gibran Rakabuming Raka – 28,5 persen
2. Taj Yasin Mamimoen – 11,3 persen
3. Hendrar Prihadi (Hendi) – 6 persen
4. FX Hadi Rudyatmo – 3,7 persen
5. Sudirman Said – 3,6 persen
6. Achmad Husein – 3,4 persen
7. Rustriningsih – 2,2 persen
8. Komjen Condro Kirono – 1,7 persen
9. Lainnya – 2,7 persen
10. Tidak Tahu / Tidak Menjawab – 37 persen

 

Reporter: Fajar Pebrianto
Editor: Febriyan
Foto: ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha

PDIP Dinilai Jadi Kunci Poros Koalisi pada Pemilu 2024

Setelah ada pernyataan tegas dari Jokowi untuk menggelar Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 tepat waktu, Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya menilai partai politik akan mengalihkan fokusnya untuk mempersiapkan strategi pemenangan.

Meski telah banyak spekulasi pasangan capres-cawapres yang beredar, Yunarto menilai bahwa koalisi masih belum dapat diterka jika waktunya masih dua tahun menjelang pemilu.

Bahkan, koalisi yang sudah terbentuk di pemerintahan saat ini, juga tidak memberikan jaminan bahwa mereka akan kembali sejalan pada Pemilu 2024 mendatang. Jika melihat kebiasaan sebelumnya, koalisi baru akan terbentuk saat masa injury time, menjelang penutupan pendaftaran pasangan capres-cawapres.

“Jadi menurut saya, pola apapun masih mungkin terbentuk,” ujar Yunarto Wijaya kepada Katadata.co.id pada Selasa (12/4).

Untuk menentukan posisi capres dan cawapres, biasanya akan ditentukan melalui tawar-menawar mahar di belakang panggung dan logika berbagi kekuasaan yang dijanjikan. Oleh karena itu, saat ini masih cukup jauh jika membahas mengenai peta koalisi partai politik.

Namun jika berbicara soal poros koalisi, Yunarto melihat peluangnya terbuka berdasarkan tiga calon terkuat dari hasil survei. Selain itu, juga bergantung kepada cara partai memainkan keunggulannya.

“Menurut saya, penentu utamanya, game changer-nya ada di PDIP,” ucapnya. Menurutnya PDIP kerap mempromosikan Ketua DPR Puan Maharani, tetapi di sisi lain memiliki Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang kerap berada di tiga teratas dalam beberapa survei capres.

Yunarto menilai, jika PDIP sudah memutuskan capres yang akan diusung, maka pola koalisi akan mulai terlihat.

Mengenai nama capres, berbagai survei menyebutkan ada tiga nama yang menempati peringkat teratas selain Ganjar Pranowo adalah Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan; dan Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto. Dalam survei terbaru dari Saiful Mujani Research Consulting (SMRC), Ganjar memperoleh elektabilitas tertinggi dengan 18,1%, kemudian Prabowo pada 17,6%, dan Anies mencapai 14,4%.

Meski sudah ada ketegasan dari Presiden Jokowi mengenai isu penundaan pemilu dan perpanjangan jabatan presiden menjadi tiga periode, Yunarto tetap mengingatkan bahwa wacana tersebut bukan berarti sepenuhnya mereda. Sebab, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) belum memberikan pernyataan resmi secara institusional.

Sebagai lembaga legislatif, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) memiliki otoritas untuk melakukan amandemen Undang-Undang Dasar (UUD) untuk mengakomodir wacana penundaan pemilu, maupun presiden menjadi tiga periode.

“Bahkan ketika presiden tidak setuju pun, mereka tetap bisa mengamandemen karena otoritasnya ada di tangan mereka,” ujarnya.
Termasuk setelah Fraksi PDIP menarik diri dari usulan amandemen UUD 1945, menurut Yunarto tetap tidak cukup memberikan jaminan untuk membatalkan wacana penundaan pemilu dan penambahan periode jabatan presiden ke depannya.

Hal itu disebabkan dinamika dalam politik yang kerap kali terjadi. Oleh sebab itu, Yunarto berharap MPR berani memberikan sikap resmi secara kelembagaan dengan menyatakan secara tegas menolak wacana tersebut. Bukan hanya perwakilan fraksi atau daerah.

“Bikin saja konferensi pers semua fraksi ditambah DPD. Saya pikir selesai sudah isu ini,” katanya.

Dalam sepekan lalu, sudah dua kali Jokowi memberikan pernyataan untuk menolak isu penundaan pemilu dan penambahan periode jabatan presiden. Pertama, teguran kepada menterinya untuk berhenti membahas wacana tersebut. Kedua, ketika meminta menteri memberi tahu masyarakat bahwa pelaksanaan pemilu tetap sesuai jadwal, yaitu 14 Februari 2024.

Selain itu, ditambah lagi dengan pelantikan komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).

Jadi dari sisi komunikasi, menurut Yunarto sikap dari Jokowi sudah cukup tegas. Namun perlu juga memperhatikan konsistensi sikap dari presiden, serta bagaimana para menteri menerjemahkan perintahnya.
“Kalau masih ada yang berbicara seperti itu, ketahuan bermanuver seperti itu, kalau tidak dicopot atau minimal diberikan teguran, artinya tidak ada action yang konkrit,” ujar Yunarto.

Walaupun tidak ada jaminan, Yunarto melihat masyarakat juga dapat mulai memindahkan fokusnya, seperti mengevaluasi kinerja pemerintah, atau membahas harga bahan bakar minyak (BBM) yang baru-baru ini meningkat. Bisa juga membahas sosok calon presiden (capres) yang akan datang. “Dan fokus kita tentang pemilu pun sudah jelas, tanpa Jokowi,” katanya.

Reporter: Ashri Fadilla
Editor: Aryo Widhy Wicaksono
Foto: Ajeng Dinar Ulfina | KATADATA

Jokowi Dinilai Harus Konsisten, Copot Menteri yang Tetap Dorong 3 Periode

Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya menyebut pernyataan Jokowi soal penolakan rencana penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan sudah cukup jelas.

Dalam sepekan, Jokowi sudah dua kali memberikan pernyataan terkait penolakan perpanjangan jabatan. Pertama kepada para menteri dan jajarannya, dan yang kedua, lewat pengumuman sebelum rapat persiapan pemilu 2024. Sehingga, menurut Yunarto, dari sisi komunikasi, pernyataan Jokowi sekarang sudah cukup tegas.

“Dari statement (soal tolak penundaan pemilu) sudah clear, bahasa simboliknya ada rapat persiapan pemilu 2024, dan pelantikan anggota KPU dan Bawaslu,” tuturnya kepada kumparan, Senin (11/4).

Jokowi pun diminta konsisten dengan memberikan sanksi tegas kepada menteri dan jajarannya di Kabinet Indonesia Maju yang masih mendorong 3 periode jabatan presiden.

“Tapi untuk membuktikan bahwa Jokowi konsisten, harus tegas menegur dan mencopot menteri-menteri yang dorong 3 periode,” tegasnya.

Yunarto menambahkan, pengawasan juga harus ditujukan kepada para pemangku kebijakan di lembaga legislatif. Yaitu, MPR, DPR dan DPD sebagai otoritas yang dapat melakukan amandemen UUD 1945.

“Karena tanpa persetujuan Jokowi pun mereka bisa saja melakukan itu, yang harus diingat kalau perpanjangan itu terjadi, yang menikmati tidak hanya presiden dan kabinet tapi anggota DPR dan DPD juga akan menikmati,” tuturnya.

“Sehingga sudah benar para massa demonstrasi bergerak pindah dari Istana ke DPR karena di sana bola panas bergulir. Apakah statement Jokowi bisa diteruskan DPR dan DPD untuk memastikan tidak ada lagi wacana ini,” tandasnya.

 

Sumber: kumparanNEWS
Foto : Muhammad Fadli Rizal/kumparan

E-Voting di Pemilu 2024, Yunarto Wijaya: Bisakah Lebih Mudah dan Murah?

MENTERI Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) Jhonny G Plate mengusulkan pemungutan suara Pemilu 2024 dilakukan secara e-voting. Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya, mengatakan usulan itu bisa terpenuhi asalkan KPU telah melalui beberapa prasyarat.

Yang pertama, kata Yunarto, e-voting pemilu 2024 harus dipastikan tidak melanggar hukum prinsip pemilu. Artinya, kerahasiaan data jharus dijaga.

“Jangan sampai membuat adanya potensi kecurangan menjadi lebih terjadi dan apakah perangkat infrastruktur nya sudah siap atau tidak?,” ungkap Yunarto kepada Media Indonesia, Minggu (27/3),

Kemudian, Yunarto menegaskan dengan adanya e-voting jangan sampai partisipasi masyarakat menurun lantaran ketidaksiapan infrastruktur dan sistim e-voting.

“Terakhir, harus dipastikan juga e-voting ini tujuan awalnya untuk membuat pemilu lebih mudah dan murah. Apakah bisa dipastikan bisa lebih murah dan mudah? Niatnya bisa mengecilkan logistik, apakah bisa?,” tegasnya.

“Jika 3 syarat ini blm terpenuhi, artinya belum saatnya kita melakukan pemilu e-voting,” tambahnya.

Yunarto pun membeberkan sejauh ini belum ada pihak yang melakukan riset terkait e-voting pada pemilu di Indonesia. Soal internet di Tanah Air sendiri yang belum merata, tentu bakal jadi kendala.

“Saya berharap ide ini ketika digulirkan disertai riset dan simulasi dan hitung-hitungan yang menjelaskan bahwa ini akan memudahkan dan lebih mudah,” harapnya.

Yunarto pun mengusulkan agar sistim e-voting ini segera dibuatkan payung hukum yang kuat. Sejauh ini, kata Yunarto, baru ada penjelasaan mengenai sirekap atau penghitungan oleh elektronik bukan pemilihan secara elektronik.

(OL-6)
sumber : Mediaindonesia.com
foto : MI/TOSIANI

Charta Politika Sebut Ganjar Unggul Capres di Jawa Timur dan Lampung

JawaPos.com–Lembaga survei Charta Politika meluncurkan hasil survei. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo unggul sebagai calon presiden di Jawa Timur dan Lampung.

Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya mengatakan, para responden diberikan pertanyaan: Jika pemilihan presiden diadakan sekarang, siapa yang akan Bapak/Ibu/Saudara pilih sebagai presiden di antara nama-nama berikut ini.

”Pada simulasi 10 nama calon presiden, Ganjar Pranowo 24,9 persen mendapatkan elektabilitas tertinggi di Jawa Timur, sedangkan di urutan kedua Prabowo Subianto 16,4 persen, dan sebanyak 15,1 persen masyarakat memilih Anies Baswedan,” kata Yunarto Wijaya seperti dilansir dari Antara, Rabu (16/3).

Selain itu, Ganjar Pranowo juga unggul di Provinsi Lampung dengan elektabilitas mencapai 27,1 persen, Prabowo Subianto 26,8 persen di urutan kedua, dan Anies Baswedan 19,1 persen urutan ketiga.

”Namun di Jawa Barat, Ganjar Pranowo memperoleh 12 persen. Artinya mampu menyaingi tiga kandidat lain seperti Prabowo Subianto 24.0 persen, Ridwan Kamil 20,9 persen, lalu Anies Baswedan 18 persen,” papar Yunarto.

Riset preferensi sosial dan politik masyarakat dilakukan di tiga provinsi yaitu Lampung 27 Januari–2 Februari dan Jawa Timur serta Jawa Barat 3–9 Februari 2022. Survei itu menggunakan metode multistage random sampling pada tingkat kepercayaan 95 persen secara tatap muka melalui kuisioner terstruktur.

Jumlah sampel di Jawa Timur sebanyak 1.210 responden, Lampung 800 responden, dan Jawa Barat 1.200 responden. Sementara, margin of error di Jawa Timur kurang lebih 2,82 persen, Lampung kurang lebih 3,46 persen, dan Jawa Barat 2,83 persen.

 

 

Editor : Latu Ratri Mubyarsah
Reporter : Antara
Foto : Genta Mawangi/Antara
Sumber : Jawa Pos

Survei Charta: Ganjar Ungguli Prabowo di Lampung-Jatim tapi Kalah di Jabar

Jakarta – Lembaga survei Charta Politika merilis hasil survei elektabilitas bakal capres 2024 di Provinsi Lampung, Jawa Barat (Jabar), dan Jawa Timur (Jatim). Hasilnya, elektabilitas Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo dan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto bersaing sengit.
Survei digelar pada 27 Januari-2 Februari 2022 di wilayah Lampung. Sementara di wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur dilakukan pada 3-9 Februari 2022.

Survei dilakukan melalui wawancara tatap muka secara langsung dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Survei menggunakan metode multistage random sampling dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menyebut elektabilitas Ganjar Pranowo tertinggi di Lampung dengan suara sebesar 27,1 persen. Sedangkan di Jawa Timur sebesar 24,9 persen.

“Pada simulasi 10 nama calon presiden, Ganjar Pranowo 24,9 persen mendapatkan elektabilitas tertinggi di Jawa Timur, sedangkan di urutan kedua ada Prabowo Subianto 16,4 persen, sementara sebanyak 15,1 persen masyarakat memilih Anies Baswedan,” kata Yunarto Wijaya dalam keterangan tertulis, Rabu (16/3/2022).

“Selain itu, Ganjar Pranowo juga unggul di Provinsi Lampung dengan elektabilitas mencapai 27,1 persen, sementara Prabowo Subianto 26,8 persen di urutan kedua dan Anies Baswedan 19,1 persen pada urutan ketiga,” tambahnya.

Yunarto melanjutkan, dalam simulasi 10 nama, elektabilitas Prabowo Subianto menempati posisi paling atas dengan perolehan suara sebesar 24,0 persen di wilayah Jawa Barat. Sementara Ridwan Kamil menyusul di urutan kedua dengan jumlah suara sebesar 20,9 persen dan Anies Baswedan sebesar 18 persen.

“Dalam simulasi 10 nama, Prabowo Subianto mendapatkan elektabilitas tertinggi bila dibandingkan nama lainnya, selanjutnya ada Ridwan Kamil yang merupakan Gubernur Jawa Barat,” ucapnya.

“Sementara Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo berada di posisi ketiga dan keempat,” imbuhnya.

Provinsi Lampung
Ganjar Pranowo 27,1%
Prabowo Subianto 26,8%
Anies Baswedan 19,1%
Sandiaga S Uno 6,6%
Ridwan Kamil 2,5%

Provinsi Jawa Barat
Prabowo Subianto 24,0%
Ridwan Kamil 20,9%
Anies Baswedan 18,0%
Ganjar Pranowo 12,0%
Sandiaga S Uno 3,4%

Provinsi Jawa Timur
Ganjar Pranowo 24,9%
Prabowo Subianto 16,4%
Anies Baswedan 15,1%
Khofifah Indar Parawansa 13,1%
Puan Maharani 4,0%

(fca/fas)

 

Firda Cynthia Anggrainy – detikNews
Foto : Dok. detikcom

Charta Politika: Ganjar Pranowo Unggul Survei Pilpres di Lampung dan Jawa Timur

LEMBAGA survei Charta Politika menyebut bahwa Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengungguli Prabowo Subianto hingga Anies Baswedan di Lampung dan Jawa Timur.

Hasil survey keluar usai Charta Politika melakukan riset Preferensi Sosial dan Politik Masyarakat di tiga provinsi, yaitu Lampung, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Hasilnya, Ganjar memimpin dalam 10 nama calon Presiden RI.

Adapun wawancara dilakukan kepada responden Lampung mulai 27 Januari-2 Februari 2022, sementara untuk Jawa Timur dan Jawa Barat di 3-9 Februari 2022.

Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya mengemukakan para responden diberi pertanyaan, seperti ‘Jika pemilihan presiden diadakan sekarang, siapa yang akan Bapak/Ibu/Saudara pilih sebagai Presiden di antara nama-nama berikut ini?’.

Maka, Ganjar pun melesat jauh di atas Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.

“Pada simulasi 10 nama calon Presiden, Ganjar Pranowo 24.9 persen mendapatkan elektabilitas tertinggi di Jawa Timur, sedangkan di urutan kedua ada Prabowo Subianto 16.4 persen, sementara sebanyak 15.1 persen masyarakat memilih Anies Baswedan,” tutur Yunarto.

Hal serupa juga terjadi di Lampung, nama Ganjar memimpin sebagai calon presiden RI pilihan masyarakat.

Elektabilitas Ganjar mencapai 27,1 persen, sementara Prabowo Subianto 26,8 persen di urutan kedua dan Anies Baswedan 19,1 persen pada urutan ketiga.

“Namun di Jawa Barat, Ganjar Pranowo memperoleh 12 persen. Artinya mampu menyaingi tiga kandidat lain seperti Prabowo Subianto 24.0 persen, Ridwan Kamil 20.9 persen, lalu Anies Baswedan 18 persen,” ungkapnya.

Sekadar informasi, Survei Preferensi Sosial dan Politik Masyarakat menggunakan metode multistage random sampling pada tingkat kepercayaan 95 persen secara tatap muka melalui kuisioner terstruktur yang digelar di tiga provinsi, Jawa Timur, Lampung, dan Jawa Barat.

Jumlah sampel di Jawa Timur sebanyak 1.210 Responden, Lampung 800 responden, dan Jawa Barat 1.200 responden. Sementara, margin of error di Jawa Timur kurang lebih 2.82 persen, Lampung kurang lebih 3.46 persen, dan Jawa Barat 2.83 persen. (Ant/OL-13)

 

(Ant/OL-13)
Sumber foto: MI/M Irfan
Sumber : mediaindonesia.com

Survei Charta Politika: PDI-P Masih Unggul di Jatim dan Lampung, Gerindra di Jabar

JAKARTA, KOMPAS.com – Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDIP) masih unggul di Provinsi Jawa Timur dan Lampung berdasarkan hasil survei terbaru Charta Politika Indonesia. Sementara itu Partai Gerindra tetap meraja di Provinsi Jawa Barat.

Charta Politika melakukan “Survei Preferensi Sosial dan Politik Masyarakat Tahun 2022” di Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, dan Lampung yang dirilis pada Rabu (16/3/2022). Salah satunya terkait dengan elektabilitas partai politik.

Survei ini dilakukan di Provinsi Lampung pada 27 Januari-2 Februari 2020. Sementara di Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Jawa Timur, survei digelar pada 3-9 Februari 2022.

Survei melalui wawancara tatap muka secara langsung dengan menggunakan kuesioner terstruktur dengan protokol kesehatan yang ketat.

Metodologi yang digunakan adalah metode acak bertingkat (multistage random sampling) pada tingkat kepercayaan 95%.

Margin of error untuk survei di Jawa Timur sebesar +/- 2.82%. Lalu di Lampung +/- 3.46%, dan di Jawa Barat +/- 2.83%.

Pada Pileg 2019, partai politik pemenang pemilu di Lampung adalah PDI-P. Kemudian disusul oleh Partai Demokrat dan Golkar.

Namun berdasarkan survei Charta Politika ini, Demokrat kini turun cukup signifikan di Lampung. Demokrat kini berada di posisi ke-4 pilihan responden, dikalahkan oleh Partai Gerindra dan Partai Golkar.

Sementara itu, partai yang unggul di Jawa Timur masih sama dengan hasil Pileg 2019 untuk posisi pertama hingga ketiga. PDI-P berada di urutan teratas, lalu disusul PKB dan Gerindra.

PDI-P bisa mempertahankan menjadi partai paling unggul di Jatim, setelah berhasil mengalahkan PKB yang menjadi pemenang di Pemilu 2014.

Sama seperti Jatim, urutan elektabilitas parpol di Jawa Barat belum berubah. Gerindra tetap mendapat suara terbanyak, lalu di posisi kedua dan ketiga adalah PDI-P dan PKS.

Berikut rincian hasil survei elektabilitas partai politik:

Lampung
PDI-P: 29,8%
Gerindra: 16,6%
Golkar: 10,3%
Demokrat: 4,5%
PKS: 4,5%
PKB: 4,1%
NasDem: 2,9%
PAN: 1%
PPP: 1%
Perindo: 0,6%
Hanura: 0,4%
PKPI: 0,1%
Garuda: 0,1%
TT/TJ: 24,1%

Jawa Timur
PDI-P: 28,5%
PKB: 25%
Gerindra: 9,8%
Golkar: 5%
Demokrat: 3,4%
PPP: 3,2%
NasDem: 2,7%
PAN: 2,1%
PKS: 0,8%
PBB: 0,3%
PKPI: 0,1%
Hanura: 0,1%
TT/TJ: 18,8%

Jawa Barat
Gerindra: 21,3%
PDI-P: 18,2%
PKS: 9,1%
Golkar: 9%
PKB: 6,2%
Demokrat: 4,3%
NasDem: 2,7%
PPP: 2,1%
PAN: 1,7%
Perindo: 1%
Hanura: 0,7%
Garuda: 0,7%
PBB: 0,4%
Gelora: 0,3%
PSI: 0,2%
Partai Ummat: 0,1%
Berkarya: 0,1%
TT/TJ: 22,1%

 

Penulis : Elza Astari Retaduari
Editor : Elza Astari Retaduari
Sumber : Kompas.com
Foto : KOMPAS.com/KRISTIAN ERDIANTO