Governor Ganjar Pranowo Leads in Latest Presidential Survey

Jakarta. Central Java Governor Ganjar Pranowo is slightly ahead of Defense Minister Prabowo Subianto in the latest presidential survey that indicates a potential three-horse race in the 2024 election.

The survey conducted by respected pollster Charta Politika shows Ganjar with 16.2 percent of the vote and Prabowo with 14.8 percent of the vote.

Jakarta Governor Anies Baswedan is trailing Prabowo by just 0.2 percentage point, according to the poll results published on Thursday.

“It’s getting clear that the main stage accommodates only three highest-rated figures: Ganjar, Prabowo and Anies,” Charta Politika Executive Director Yunarto Wijaya said in a video conference.

Prabowo, the chairman the Great Indonesia Movement Party (Gerindra), has participated in the last two presidential elections and lost both to Joko “Jokowi” Widodo.

The pollster said the survey was carried out on July 12-20 involving 1,200 respondents countrywide and had a margin of error of 2.8 percent.

When voters were provided with the top ten of presidential hopefuls, Ganjar retains his lead with a bigger margin, while Anies overtakes Prabowo, the pollster said.

Under this scenario, the survey puts Ganjar at 20.6 percent of the vote, Anies gets 17.8 percent and Prabowo gets 17.5 percent.

Yunarto said he was convinced about having Ganjar on the top of the list, while Prabowo and Anies are still in statistical-tie territory.

“I’m accountable to the data putting Ganjar on the number one place, but the statistics on Anies and Prabowo remain within margin of error,” Yunarto added.

Seven other names are unable to reach 10 percent of the vote.

They include Tourism Minister Sandiaga Uno — Prabowo’s running mate in the last election – who gets 7.7 percent of the vote, West Java Governor Ridwan Kamil (7.2 percent), Democratic Party Chairman Agus Harimurti Yudhoyono (4.2 percent), Social Affairs Minister Tri Rismaharini (3.6 percent), State-Owned Enterprise Minister Erick Thohir (1.8 percent), House Speaker Puan Maharani (1.4 percent) and Chief Economic Minister Airlangga Hartarto (1 percent).

When the choices were narrowed further into five names, Ganjar leads with 23.3 percent of the vote, followed by Anies (19.8 percent), Prabowo (19.6 percent), Sandiaga (8.4 percent) and Ridwan (8.2 percent). Another 20.7 percent of voters declined to vote for either candidate.

Ganjar has a solid supporter base inside the PDI-P, with 44.7 percent of the vote among the party’s constituents, according to Charta Politika.

In this regard, he is superior to fellow party executive Risma who gets 7.7 percent and even Puan — the daughter of PDI-P Chairwoman Megawati Soekarnoputri – who gets a mere 4.8 percent.

He is also the most popular choice for voters in Central Java, neighboring Yogyakarta, East Java, Bali, East Nusa Tenggara and West Nusa Tenggara.

Anies is the preferable candidate among voters in Jakarta, Banten and most provinces on Sumatra Island.

Prabowo’s main supporter base remains West Java, the country’s biggest province by population.

Java Island and Bali are home to around 60 percent of the national population.

Ganjar was also rated the top in two previous public opinion polls by different pollsters last month.

By comparison, a survey by national newspaper Kompas published in May put Ganjar at third behind Prabowo and Anies with a massive 11.2-percentage point gap from the top.

Since 2004, Indonesian presidents have been elected by popular votes with a run-off if no candidate wins a simple majority in the first round.

 

BY :MARKUS JUNIANTO SIHALOHO, HERU ANDRIYANTO
Photo:(Beritasatu Photo/Ruth Semiono)
Source: https://bit.ly/3zbSR51

 

Survei Charta Politika: Turun, Kepuasan atas Kinerja Pemerintah Jadi 62,4%

Jakarta – Lembaga survei Charta Politika menggelar survei mengenai kinerja pemerintah, baik secara keseluruhan, dalam pemberantasan korupsi, maupun penanganan pandemi COVID-19. Hasilnya, 62,4 persen responden menyatakan puas atas kinerja pemerintah, tapi sebanyak 45,3 persen menilai pemberantasan korupsi buruk.
Survei dilakukan secara tatap muka dengan metode multistage random sampling pada periode 12-20 Juli 2021. Jumlah responden dalam survei ini sebanyak 1.200 dari seluruh wilayah Indonesia, dengan margin of error 2,83 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Responden dipilih secara acak dengan kriteria minimal 17 tahun atau sudah memenuhi syarat pemilih. Unit sampling primer survei ini adalah desa/kelurahan, dengan jumlah sampel masing-masing 10 orang di 120 desa/kelurahan yang tersebar di Indonesia.

“Ada di angka 62,4 persen sangat puas, 34,1 mengatakan tidak puas dan 3,5 persen tidak tahu atau tidak menjawab,” kata Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya saat memaparkan hasil survei secara daring, Kamis (12/8/2021).

Berdasarkan survei Charta Politika ini, tingkat kepuasan terhadap kinerja pemerintah tertinggi berada di wilayah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT. Sedangkan tingkat kepuasan terendah berada di wilayah Maluku dan Papua, Kalimantan, serta Sumatera.

Yunarto menyebut tingkat kepuasan terhadap kinerja pemerintah cenderung menurun, meskipun dalam survei Charta Politika kali ini tingkat kepuasan terhadap kinerja pemerintah berada di atas 60 persen.

“Meskipun masih berada di atas 60 persen, terdapat kecenderungan penurunan tingkat kepuasan kinerja pemerintah dibandingkan dengan survei periode sebelumnya,” sebut Yunarto.

53% Responden Nilai Pemberantasan Korupsi Buruk

Charta Politika juga menyurvei penilaian responden terhadap penegakan hukum sampai aspek yang lebih spesifik, yakni pemberantasan korupsi. Untuk penegakan hukum, sebanyak 46,8 persen responden menilai baik dan 42,8 persen menilai buruk.

Untuk pemberantasan korupsi, sebanyak 45,3 persen responden menilai buruk, 42 persen menilai baik, 7,7 sangat buruk, 3 persen tidak tahu atau tidak menjawab dan 2 persen sangat baik.

Kendala Vaksinasi COVID-19: Ketidakjelasan Informasi

Selain itu, Charta Politika menyurvei penilaian terhadap penanganan pandemi COVID-19 oleh pemerintah. Hasilnya, sebanyak 47,9 persen responden menilai penanganan pandemi baik, 39,8 persen buruk, 5,8 persen sangat buruk, 3,5 persen sangat baik, dan 3,1 persen tidak tahu atau tidak menjawab.

“Tingkat kepuasannya cenderung stabil, tapi menurun,” ucap Yunarto.
Perihal tingkat kepercayaan terhadap data COVID-19 dari pemerintah, sebesar 48,6 persen responden menyatakan cukup percaya, 37,1 persen tidak percaya, 6,2 persen tidak percaya sama sekali, 4,5 persen sangat percaya, dan 3,7 persen tidak tahu atau tidak menjawab.

Responden juga ditanya soal kendala dalam program vaksinasi Corona yang dijalankan pemerintah. Hasilnya, sebesar 29,4 persen responden menjawab kendala vaksinasi yakni ketidakjelasan informasi.

Berikut ini hasilnya:

Ketidakjelasan informasi mengenai vaksinasi: 29,4 persen
Masyarakat tidak percaya adanya COVID-19: 26,3 persen
Distribusi vaksin yang tidak merata: 17,3 persen
Fasilitas kesehatan yang masih sangat terbatas: 11,2 persen
Jumlah tenaga kesehatan terlalu sedikit: 7,5 persen
Tidak tahu/tidak menjawab: 8,3 persen.

 

Tim detikcom – detikNews
Sumber: https://bit.ly/2XCYcV5
Foto (istimewa)

Charta Politika Catat Kepuasan atas Kinerja Pemerintah Turun Jadi 62,4 Persen

TEMPO.CO, Jakarta – Lembaga survei Charta Politika menyatakan tingkat kepuasan responden terhadap kinerja pemerintah berada pada angka 62,4 persen. Sementara tingkat ketidakpuasan berada pada angka 34,1 persen.

“Kepuasan terhadap kinerja pemerintah berada pada angka 62,4 persen, jika dibandingkan hasil survei pada periode sebelunya terdapat penurunan terhadap kinerja pemerintah,” kata Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya dalam keterangan tertulis, Kamis, 12 Agustus 2021.

Penilaian itu berdasarkan survei yang dilakukan pada 12 hingga 20 Juli 2021. Jumlah sampel sebanyak 1.200 responden dan margin of error +2.83 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Yunarto berujar meskipun tingkat kepuasan masih berada di atas 60 persen, terdapat kecenderungan penurunan tingkat kepuasan kinerja pemerintah dibandingkan dengan survei periode sebelumnya.

Dari data yang dia jabarkan terlihat bahwa pada Juli 2020 tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah sebesar 67 persen, pada Januari 2021 menjadi 64 persen, pada Februari 2021 menjadi 64,4 persen, dan pada Maret 2021 menjadi sebesar 65,3 persen.

Menurut Yunarto permasalahan yang dianggap paling pokok yang tengah dihadapi masyarakat adalah penanganan pandemi Covid-19, berikutnya ada harga kebutuhan pokok yang mahal dan permasalahan susah mencari lapangan kerja.

Kondisi ekonomi Indonesia dinilai buruk oleh masyarakat, meskipun optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi Indonesia kedepan tergolong tinggi. Kondisi penegakan hukum di Indonesia dinilai sangat buruk, dan mengalami penurunan
dibandingkan periode survei sebelumnya. “Penilaian terhadap pemberantasan korupsi di Indonesia saat ini masih dinilai buruk oleh masyarakat,” ujarnya.

Adapun sampel dalam survei Charta Politika ini dipilih sepenuhnya secara acak atau probability sampling dengan menggunakan metoda penarikan sampel acak bertingkat (multistage random sampling), dengan memperhatikan urban/rural dan proporsi antara jumlah sampel dengan jumlah pemilih di setiap Provinsi. Unit sampling primer survei (PSU) ini adalah desa/kelurahan dengan jumlah sampel masing-masing 10 orang di 120 desa/kelurahan yang tersebar di Indonesia.

 

HENDARTYO HANGGI
Reporter: Muhammad Hendartyo
Editor: Kukuh S. Wibowo
Foto: Tempo/Syafiul Hadi
Sumber: https://bit.ly/3gmB03S

Survei Charta Politika: Kepuasan terhadap Pemerintah Stabil

Jakarta, Beritasatu.com – Lembaga survei Charta Politika merilis temuan survei yang menyatakan tingkat kepuasan publik terhadap kinerja pemerintah cenderung stabil, walaupun ada sedikit penurunan.

Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya memaparkan, ketika publik (responden) ditanya dengan pertanyaan umum, seberapa puas terhadap kinerja pemerintah, sebanyak 62,4 persen menjawab puas, 34,1 persen yang menjawab tidak puas, dan 3,5 tidak tau dan tidak menjawab.

“Temuan ini menunjukkan bahwa mayoritas publik masih puas terhadap kinerja pemerintah, walaupun ada penurunan sedikit dibanding survei sebelumnya. Tapi secara umum masih stabil,” ujar Yunarto saat pemaparan hasil survei secara virtual, Kamis (12/8/2021).

Survei Charta Politika ini digelar pada 12 – 20 Juli 2021. Terdapat 1.200 responden yang diwawancarai secara tatap muka dengan metode multistage random sampling dan margin of error plus minus 2,8 persen
.
Yunarto menjelaskan, tingkat kepuasan dan ketidakpuasan publik terhadap kinerja pemerintah juga terbelah berdasarkan wilayah. Kepuasan tertinggi ada di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB dan NTT. Sedangkan ketidakpuasan terbesar ada di Maluku dan Papua.

Dalam survei ini, jelas Yunarto, juga tergambarkan variabel permasalahan paling pokok yang dihadapi masyarakat saat ini adalah penanganan Covid-19. Hal ini tergambarkan dari hasil temuan, ketika publik ditanya apa persoalan yang paling mempengaruhi penilaian terhadap pemerintah.

Ternyata jawaban tertinggi adalah penanganan pandemi Covid-19 (31,5 persen), baru kemudian harga kebutuhan pokok (22,1 persen), dan susahnya lapangan pekerjaan (11,9 persen).

Yunarto menjelaskan hal di atas menggambarkan adanya pergeseran. Dulu sebelum pandemi variabel paling besar adalah soal bias ekonomi. Ini terkait kebutuhan ekonomi dan harga kebutuhan pokok.

“Ternyata sekarang bergeser dimana variabel penanganan pandemi dianggap yang paling penting. Maka semakin tinggi kepuasan dalam penanganan pandemi akan semakin tinggi pula kepuasan publik secara jeneral terhadap pemerintah,” beber Yunarto.

Terkait kondisi ekonomi, Yunarto menyebut mayoritas publik (65,9 persen) yang mengatakan kondisi ekonomi buruk. Sedangkan 31,7 persen mengatakan baik.

Namun ketika ditanya bagaimana optimisme terhadap perbaikan ekonomi ke depan, sebanyak 60,5 persen mengatakan optimistis terhadap perbaikan ekonomi satu tahun kedepan. Sedangkan 29,0 persen tidak optimistis, dan 10, 5 persen tidak tahu atau tidak menjawab.

“Ini artinya trust publik masih baik terhadap kondisi perbaikan ekonomi maupun terhadap pemerintah. Ini sekaligus menjadi tantangan bagi pemerintah, kalau optimisme besar ini tak diikuti perbaikan akan menimbulkan masalah,” jelasnya.

Secara sektoral, bagaimana penegakan hukum Indonesia? Yunarto menjelaskan bahwa 49,5 persen menilai baik dan 47,3 persen buruk.

Adapun sektor pemberantasan korupsi penilaian buruknya jauh lebih tinggi, yakni 53,0 persen menyatakan buruk dan sangat buruk, sedangkan 44,0 persen menyatakan baik dan sangat baik.

 

Oleh : Markus Junianto Sihaloho / FFS
(Foto: Istimewa)
Sumber: https://bit.ly/2UDqttx

Charta Politika: Masih Banyak Publik Tak Percaya Data yang Disampaikan Pemerintah Terkait Covid-19

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Lembaga Survei Nasional Charta Politika Indonesia, mengeluarkan hasil survei yang dilakukan terkait dengan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap data yang disampaikan Pemerintah dalam hal ini satgas Covid-19 perihal update kasus Covid-19.

Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya mengatakan, berdasarkan temuan pihaknya melalui survei itu menunjukkan kalau kepercayaan masyarakat masih tergolong rendah.

Hal itu dibuktikan dengan masih adanya masyarakat yang tidak percaya dengan segala informasi yang disampaikan pemerintah soal Covid-19.

“Iya jadi baik itu, terkait informasi penambahan kasus aktif, kasus positif Covid-19 hingga kesembuhan dan angka kematian karena Covid-19 ini masih banyak masyarakat yang tidak percaya,” kata Yunarto saat menyampaikan hasil surveinya secara daring, Kamis (12/8/2021).

Yunarto menjabarkan terkait dengan persentase temuan pihaknya atas hal itu, di mana sebanyak 53,1 persen masyarakat sudah percaya dan 43,3 persen yang tidak percaya dengan informasi dari pemerintah tersebut dengan 3,7 persen tidak menjawab.

Terkait angka persentase masyarakat yang percaya tersebut kata Yunarto sebanyak 4,5 persen masyarakat sangat percaya dan 48,6 persen yang cukup percaya.

“Sedangkan yang kurang percaya 37,1 persen dan tidak percaya sama sekali 6,2 persen,” tuturnya.

Kendati angka masyarakat yang percaya dengan informasi pemerintah masih lebih tinggi dibanding yang tidak percaya, namun kata dia angka tersebut masih belum dapat menjamin masyarakat bisa percaya.

“Kalau berdasarkan hasil dari kami, jika angkanya kurang dari 60 persen maka itu belum memastikan masyarakat percaya, jadi ini masih ada gap (kendala) yang harus dijelaskan kepada pemerintah,” tuturnya.

Sejalan dengan temuan tersebut berdampak pada penilaian masyarakat terhadap penanganan pemerintah terhadap pandemi Covid-19 ini.

Di mana kata dia, penilaian tersebut juga relatif masih tergolong rendah. Rinciannya sebanyak 51,4 persen responden yang menyatakan kalau penanganan pemerintah sudah baik.

Sementara kata dia masih ada 45,6 persen masyarakat yang menilai penanganan pandemi yang dilakukan pemerintah kurang baik.

“Berkaitan dengan penanganan pandemi, penilaian publik relatif tergolong rendah, berada di bawah 60 persen,” imbuhnya

Sebagai informasi, survei Charta Politika Indonesia ini dilakukan pada 12 hingga 20 Juli 2021 melalui wawancara tatap muka secara langsung dengan menggunakan kuesioner terstruktur.

Jumlah sampel yang dilibatkan sebanyak 1200 responden, yang tersebar di 34 Provinsi.

Metodologi yang digunakan adalah metode acak bertingkat (multistage random sampling) dengan margin of error kurang lebih 2.83 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Pada survei ini juga menyajikan tren dari data hasil survei yang diperoleh pada survei lapangan periode sebelumnya yakni tanggal 20-27 Februari 2020, serta data hasil survei menggunakan telepon yang dilakukan pada periode 1-8 Mei 2020, 6-13 Juni 2020, 6-12 Juli 2020, 26-29 Januari 2021, 24-28 Februari 2021, dan 20-24 Maret 2021.

Itu dipaparkan guna melihat dinamika perubahan persepsi publik selama masa pandemi Covid-19.

 

Penulis: Rizki Sandi Saputra
Editor: Johnson Simanjuntak
Foto: Tangkapan layar (tribunnews)
Sumber: https://bit.ly/3yaNYIj

 

Capres Alternatif: Siapa Kandidat Kuat Selain Prabowo, Ganjar, dan Anies?

TEMPO.CO, Jakarta – Sejumlah survei menunjukkan bahwa Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menduduki elektabilitas tiga teratas sebagai calon presiden atau capres potensial menuju pemilihan presiden atau Pilpres 2024. Namun, selain tiga tokoh tersebut, hasil sigi sejumlah lembaga survei juga memotret calon-calon potensial lainnya.

Survei Charta Politika pada 20-24 Maret 2021, dalam simulasi 12 nama, elektabilitas Prabowo, Ganjar, dan Anies menjadi tiga teratas. Prabowo Subianto 19,6 persen, Ganjar Pranowo 16 persen, dan Anies Baswedan 12,6 persen. Di bawahnya ada Sandiaga Uno dengan 9,3 persen, dan Ridwan Kamil 8,1 persen.

“Lima besar tokoh dengan elektabilitas tertinggi ini, tiga sosok calon kepala daerah dan dua sosok menteri. Mereka sekaligus figur-figur yang akan diuji kapasitasnya baik sebagai kepala daerah maupun menteri,” ujar Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya, akhir Maret 2021.

Selain lima nama tersebut, kata Yunarto, ada calon-calon kuda hitam yang cukup menonjol. Di antaranya Menteri Sosial Tri Rismaharini (5,3 persen), Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (4,8 persen), dan Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Mahfud Md (3,8 persen). “Tiga nama ini muncul, melonjak cukup tajam,” ujarnya.

Kemudian di bawah mereka ada Erick Thohir 2,1 persen, Moeldoko 1,3 persen, Puan Maharani 1,2 persen dan Gatot Nurmantyo 0,6 persen. Sisanya, 15,2 persen tidak tahu/tidak jawab. Survei melibatkan 1.200 responden melalui wawancara telepon. Metode yang digunakan yakni stratified dengan pengacakan sistematis. Charta Politika mengklaim margin of error survei 2,83 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

Sekitar dua bulan sebelumnya, Lembaga Survei Indonesia (LSI) melakukan survei pada 25-31 Januari 2021. LSI melakukan simulasi tertutup dengan 10 nama, Pada simulasi tertutup 10 nama, hasilnya Prabowo Subianto paling unggul dengan 26 persen, kemudian Ganjar Pranowo 15,4 persen, dan Anies Baswedan 13,3 persen.

Selanjutnya, ada Sandiaga Salahudin Uno 10,4 persen, Ridwan Kamil 7,5 persen, Agus Harimurti Yudhoyono 6,2 persen, Khofifah Indar Parawansa 4,4 persen, Gatot Nurmantyo 2,6 persen, Puan Maharani 1,1 persen, dan Budi Gunawan 0,6 persen. Adapun yang belum menjawab 12,6 persen. Survei LSI melibatkan 1.200 responden dengan metode multistage random sampling, margin of error 2,9 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.

Teranyar, Indikator Politik Indonesia merilis survei pada Mei lalu. Survei dilakukan menggunakan metode simple random sampling yang dilakukan terhadap 1.200 orang pada 13-17 April 2021. Indikator mengklaim survei ini dengan tingkat kepercayaan 95 persen dan margin of error 2,9 persen.

Indikator melakukan simulasi semi terbuka dengan 17 nama. Hasilnya, Ganjar Pranowo menempati posisi teratas dengan 15,7 persen, Anies Baswedan 14,6 persen dan Prabowo Subianto 11,1 persen.

Di bawah tiga besar itu, capres 2024 potensial lainnya; Ridwan Kamil 10 persen, Sandiaga Salahuddin Uno 8,1 persen, Agus Harimurti Yudhoyono 6,4 persen, Puan Maharani 2,9 persen, Khofifah Indar Parawansa 2,8 persen, Airlangga Hartarto 1 persen, Gatot Nurmantyo 0,9 persen, Mahfud Md 0,6 persen, Erick Thohir 0,6 persen, Tito Karnavian 0,5 persen, Ma’ruf Amin 0,3 persen, Bambang Soesatyo 0,2 persen, Muhaimin Iskandar 0,1 persen, Budi Gunawan 0,0 persen. Sisanya, sekitar 24,1 persen masih belum menjawab.

 

DEWI NURITA

Sumber: Tempo.Co
Sumber foto: Tempo/Rezki Alvionitasari.

Survei Charta Politika: TNI dan Presiden Jadi Lembaga Paling Dipercaya

Jakarta, Beritasatu.com – TNI dan Presiden menjadi lembaga tinggi negara yang paling dipercaya masyarakat. Hal itu terungkap dalam temuan survei nasional terkait kepercayaan terhadap lembaga tinggi negara yang dilakukan Charta Politika Indonesia.

Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya mengatakan, ada 7,2 persen masyarakat yang sangat percaya dan 77,1 persen cukup percaya pada TNI. Kemudian presiden ada di urutan kedua dengan persentase 5,9 persen masyarakat sangat percaya dan 77,3 persennya cukup percaya.

“Presiden dan TNI dinilai responden sebagai lembaga tinggi negara yang paling dipercaya,” ujar Yunarto melalui keterangan tertulis, Selasa (30/3/2021).

Posisi ketiga ada Polri yang menjadi lembaga yang dipercaya masyarakat dengan 5,5 persen sangat percaya dan 65,3 persen cukup percaya. Kemudian disusul KPK di posisi keempat dengan persentase 6,4 persen masyarakat cukup percaya.

“KPK 66,1 persen masyarakat cukup percaya,” kata Yunarto.

Sementara itu, MPR 2,6 persen sangat dipercaya, Kejaksaan Agung 2,3 persen sangat dipercaya dan DPR 1,6 persen sangat dipercaya.

Metode survei yang digunakan metode sampling pengacakan sistematis sebanyak 1.200 responden. Toleransi kesalahan (margin of error) sekitar 2,83 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Survei dilakukan pada 20-24 Maret 2021. Responden merupakan warga negara Indonesia yang berusia di atas 17 tahun.

Oleh : Yudo Dahono / YUD

Isu Reshuffle Menguat, Risma-Sandiaga Uno Dinilai Berpotensi Kuat Masuk Kabinet

Jakarta – Isu santer reshuffle semakin mengemuka usai Presiden Jokowi melakukan rapat tertutup bersama Wapres Ma’ruf Amin. Siapa saja nama-nama yang akan masuk kabinet Jokowi?
Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya mengamati kemungkinan sejumlah opsi yang mungkin terjadi dalam reshuffle kali ini. Ia menilai kursi Menteri Sosial (Mensos) dan Menteri Kelautan dan Perikanan (Menteri KP) tentunya akan diisi oleh wajah baru.

“Pertama sudah pasti pos yang absolut sudah diganti. Pos dari Menteri KKP dengan pos dari Mensos. Pertanyaannya adalah yang menarik apakah akan berasal dari partai yang sama atau tidak,” ujar Yunarto saat dihubungi, Senin (21/12/2020).

Yunarto menyebut potensi reshuffle dapat menimpa kementerian lain, seperti Menteri Kesehatan, Menteri Perdagangan, Menteri Agama, hingga Menteri Pariwisata. Sebab, ia menyebut menteri tersebut cenderung dianggap kontroversial oleh publik.

“Nah posisi menteri-menteri lain kan sering dianggap kontroversial kan seperti, atau dianggap cukup lemah ya seperti menteri perdagangan, lalu kemudian menteri kesehatan, ya itu, atau menteri agama. Nah itu menteri-menteri yang menurut saya cukup rentan untuk bisa saja dilakukan reshuffle,” kata Yunarto.

“Tapi tetap dugaan saya ada di wilayah itu, Mendag atau Menteri apa lagi tadi, Menteri Pariwisata misalnya. Dan menteri, apa tadi, Menkes. Nah itu yang mungkin,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Yunarto menduga akan muncul penambahan kursi wakil menteri. Ia menilai hal itu akan dapat terjadi di ranah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

“Saya duga akan ada penambahan wamen juga di pos tertentu sebagai bentuk penguatan. Contoh misalnya di menteri pendidikan banyak kritik tapi di sisi lain orang melihat potensi Nadiem juga cukup bagus tapi butuh waktu lebih lama dan butuh backup dari orang yang dianggap lebih senior atau berlatar belakang politik kuat ya,” tuturnya.

Sementara untuk posisi Menteri KP, Yunarto menilai akan sangat masuk akal jika Wamenhan Wahyu Sakti Trenggono mengisi posisi itu. Terlebih, Trenggono juga dianggap memiliki kedekatan dengan Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto.

“Jadi prediksi Mas Trenggono yang banyak disebutkan namanya belakangan akan menjadi Menteri KKP sangat masuk akal untuk ditempatkan di situ karena selain dia bisa dianggap profesional, tapi di sisi lain juga memiliki kedekatan dengan Prabowo. Jadi mungkin saja ada restu juga dari prabowo untuk menggantikan kader Gerindra di situ,” katanya.

Lebih lanjut Sandiaga Uno juga disebut bisa masuk ke kabinet Jokowi menempati posisi Menteri Pariwisata. Sebab, Sandiaga Uno berasal dari Partai Gerindra serta dinilai memiliki modal politik yang kuat.

“Kader pengganti Gerindra saya pikir suka atau tidak, yang populer, punya latar belakang pengusaha atau profesional seperti saya bilang, kekuatan modal politik punya, Sandiaga Uno sebetulnya. Entah dia bisa ditempatkan di pos ekonomi misalnya pos ya g membutuhkan apa ya kreativitas dan kemampuan manajerial baik seperti Menparekraf misalnya,” ujar Yunarto.

Selain itu, Yunarto melihat Wamen BUMN Budi G Sadikin dan Kartika Wirjoatmodjo memiliki kinerja baik. Menurutnya, ada potensi salah satu dari mereka bisa menempati kursi menteri.

“Lalu saya menduga nama besar Tiko dan Budi Sadikin membuat salah satunya bisa menempati pos menteri. Tapi saya nggak tahu. Yang beredar menkes, seperti kita tahu ya,” tuturnya.

Kemudian, nama Mendag ke-28 RI, Lutfi dan Kadin Rosan Roeslani disebut berpotensi masuk menjadi Menteri Perdagangan. Terlebih, kedua nama itu juga sudah dikenal baik oleh publik.

“Ada nama-nama besar seperti Rosan atau Lutfi misalnya, yang kita kemarin sempat membantu Jokowi tapi nama besarnya sebagai Kadin gitu kan dan sebagai pengusaha cukup dikenal baik termasuk oleh jaringan politik,” ujarnya.

Dihubungi secara terpisah, pengamat politik dari UIN, Adi Prayitno menilai Jokowi akan me-reshuffle menteri lain selain Mensos dan Menteri KP. Khususnya menteri yang berkaitan langsung dengan penanganan serta dampak pandemi COVID-19.

“Kalau prediksi umum kan mereka adalah menteri-menteri yang berkait langsung dengan penanganan dan dampak Corona, kesehatan, tim ekonomi, terus pendidikan, sama ketenagakerjaan. Empat kementerian ini yang sering mendapat sorotan perbincangan,” ungkap Adi.

Adi bahkan menduga Jokowi berpotensi melakukan reshuffle terhadap menteri yang berasal dari kalangan profesional. Menurutnya, hal ini dilakukan guna mengurangi konflik internal di antara para parpol koalisi.

“Saya sih menduga, kalau mau cari aman, terutama tentang stabilitas politik. Yang mesti di-reshuffle adalah menteri yang tidak punya backup politik atau mereka yang tidak mempunyai afiliasi dari parpol tertentu. Jadi itu yang paling aman dan paling nyaman lah untuk dilakukan reshuffle. Untuk kurangi konflik internal,” tuturnya.

 

 

Rahel Narda Chaterine – detikNews

Foto: Kabinet Indonesia Maju (BPMI Setpres)

UPH Undang Profesional Milenial Di Career Talk

 

UPH menggelar Career Talk dengan tema ‘Are You Ready for the Disruptive Era?’ dengan menghadirkan para narasumber berpengalaman dari berbagai bidang seperti pendidikan, politik, hingga entertainment, Kampus UPH, Karawaci, Senin 27 Januari 2020. Para pembicara diantaranya Direktur PT Astra Int. Tbk. Paulus Bambang W.S. , Executive Director Charta Politika Indonesia & Co Founder of Asumsi.co Yunarto Wijaya, CEO of Kitong Bisa Foundation & Staff Ahli Presiden Jokowi Billy Mambrasar, TV Host, Mc, Entrprenuer Choky Sitohang, dan Professor dari IPMI International Business School Prof.Roy Sambel bersama dengan Direktur Kemahasiswaan UPH Andry Panjaitan.

 

 

BeritaSatu Photo / Emral Firdiansyah

Tantangan Nyata Erick bukan Utak Atik Direksi tapi Jiwasraya

PENGAMAT Politik Yunarto Wijaya menyebut tantangan paling nyata dan menentukan keberhasilan Erick Thohir sebagai Menteri BUMN adalah penyelesaian kasus Jiwasraya.

Penyelesaian kasus ini akan memperlihatkan kemampuan Erick dalam melakukan manajemen risiko dan itu menentukan langkah-langkah besar lain di BUMN berikutnya.

“Tantangan nyata @erickthohir yang langsung berurusan dengan org banyak adalah kasus jiwasraya, bakal keliatan kemampuan dia utk melakukan manajemen resiko. This is more challenging than just kotak kotik komisaris dan direksi,” kata Yunarto melalui akun twitternya @yunartowijaya, Selasa (10/12).

Yunarto berharap Erick tidak berupaya mencari pembenaran atau alasan untuk tidak menyelesaikannya.

“Masalah mismanajemen atau apa pun itu yang mungkin saja terjadi sekian lama di waktu-waktu lalu bukan berarti masalah tidak diselesaikan,” kata Yunarto.

Diketahui, masalah keuangan Jiwasraya bermula ketika perseroan menunda pembayaran klaim produk saving plan yang dijual melalui tujuh bank mitra (bancassurance) senilai Rp802 miliar per Oktober 2018. Di tengah penyelesaian kasus Jiwasraya, Kementerian BUMN justru melaporkan indikasi kecurangan dalam tubuh Jiwasraya ke Kejaksaan Agung (Kejagung).

Pasalnya, Kementerian BUMN mengetahui sejumlah aset perusahaan yang diinvestasikan secara tidak hati-hati (prudent). Selain itu, Jiwasraya juga sempat mengeluarkan produk asuransi yang menawarkan imbal hasil (return) cukup tinggi kepada nasabah.

Hal inilah yang membuat Jiwasraya mengalami tekanan likuiditas beberapa waktu terakhir sehingga terpaksa menunda pembayaran klaim kepada nasabahnya. Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mensinyalir investasi Jiwasraya banyak ditaruh di saham-saham gorengan.

Erick sudah berjanji untuk menyelesaikan kasus ini.

“Harus cari jalan,” kata Erick saat ditanyai presenter Najwa Shihab dalam acara Mata Najwa beberapa waktu lalu.(OL-5)

 

Thomas Harming Suwarta 
Foto: MI/Ramdani