Profil Yunarto Wijaya, dari Usaha Restoran hingga Jadi Direktur Charta Politika

Liputan6.com, Jakarta Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya saat ini menjadi topik hangat. Pasalnya, namanya disebut menjadi salah satu target sasaran pembunuhan oleh satu kelompok, yang diperintahkan langsung dari purnawirawan jenderal bintang dua Kivlan Zen.

Hal ini terungkap dari salah satu keterangan tersangka berinisial IR, yang telah diperlihatkan oleh pihak Polri kepada awak media di Media Center Kemenko Polhukam, Jakarta, pada Selasa (11/6/2019).

Namun setelah tertangkapnya IR, kini Yunarto Wijaya mengaku tidak dendam dengan para perencana dan eksekutor yang akan membunuhnya.

“Sudah tak ada dendam lagi dari saya & keluarga baik buat yg jadi perencana ataupun eksekutor…” ucap Yunarto melalui akun twitternya, @yunartowijaya.

Lalu seperti apa sih sosok Yunarto Wijaya Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia itu? Berikut fakta lengkap sosok Yunarto Wijaya, yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (12/6/2019).

Lulusan Terbaik Hubungan Internasional Universitas Parahyangan Bandung

Yunarto Wijaya yang memiliki panggilan akrab dengan panggilan Mas Toto ini lahir di Jakarta, (27/6/1981) yang kini telah berumur 37 tahun. Mas Toto adalah Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, yang pada masa kuliahnya menjadi lulusan terbaik Jurusan Hubungan Internasional di FISIP Universitas Katolik Parahyangan Bandung, pada tahun 2004.

Semasa kuliahnya, Yunarto Wijaya dikenal aktif terlibat dalam serangkaian kegiatan kemahasiswaan, baik internal kampus, maupun yang bersifat eksternal. Tidah hanya pada jenjang sarjana, pada tahun 2007, Yunarto Wijaya melanjutkan studinya di Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, dan lulus pada tahun 2009.

Awal Karier Sebagai Enterpreneur

Awal kariernya pun bukan dimulai dari dunia yang bersinggungan dengan politik, namun dimulai dengan menjadi enterpreneur melalui usaha restoran pribadi, di daerah Kelapa Gading, Jakarta Timur, sekitar 2003.

Usaha restoran ini telah dirintisnya saat masa kuliah. Setelah lulus dari kuliah, bisnis kuliner yang dijalaninya semakin berkembang. Namun hal ini tidak dirasa cukup, sehingga pada 2007 Yunarto memutuskan untuk bergabung dengan Citibank Indonesia sebagai seorang professional Banker.

Tak lama setelah bekerja sebagai seorang Banker, Yunarto ditawari oleh mantan Dosennya di Universitas Katolik Parahyangan untuk bergabung dengan Charta Politika, disinilah karier Yunarto Wijaya mulai dibangun hingga akhirnya menjadi Direktur Eksekutif Charta Politika.

Kiprah Singkat Charta Politika Indonesia

Lembaga survey Charta Politika Indonesia pasti dalam setiap kontestasi politik selalu hadir dalam setiap Quick Count dan mengawal informasi perkembangan perolehan suara cepat agar masyarakat Indonesia segera mengetahui kisi-kisi hasil perolehan suara.

Bukan hanya dalam tingkat nasional saja, namun juga dalam sekup regional yaitu dalam pemilihan Gubernur DKI 2017 lalu dan beberapa tahun kebelakang mengawal kontestasi pemilihan umum di Republik Indonesia.

Tidak hanya survey saja, namun Charta Politika juga memberikan layanan sekolah politik, strategi pemenangan, media maupun penelitian.

Charta Politika Sempat Laporkan 5 Akun yang Tuduh Akali Survei Pilpres 2019

Dalam kiprahnya, ternyata Charta Politika tidak hanya melewati jalan yang mulus saja. Charta Politika sempat mendapat fitnah di media sosial yang membuat lembaga survey ini melaporkan akun-akun tersebut ke pihak berwenang.

Lembaga survei Charta Politika melaporkan lima akun media sosial ke polisi lantaran menuding pihaknya telah melakukan rekayasa alias mengakali survei Pilpres 2019 lewat percakapan pesan singkat atau chat palsu.

Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya menyampaikan, pihaknya datang ke Bareskrim Polri untuk sekaligus merampungkan laporan yang sudah dibuat sebelumnya terkait chat palsu yang disebarkan sejumlah akun media sosial.

“Akun Instagram maupun di Facebook maupun di Twitter dan penyebaran lewat Whatsapp ya yang sebenarnya sudah terjadi tiga hari sebelum pemilu,” tutur Yunarto di Bareskrim Polri, Jakarta, Selasa (23/4/2019).

Menurut Yunirto, laporan itu sudah dibuat sejak 14 April 2019. Namun usai Pemilu 2019 pada 17 April, persoalan dugaan fitnah itu malah semakin ramai dan membesar.

 

https://hot.liputan6.com/read/3987811/profil-yunarto-wijaya-dari-usaha-restoran-hingga-jadi-direktur-charta-politika

Yunarto Wijaya: Quick Count yang Harusnya Jadi Alat Bantu, Malah Dianggap Buat Pemilu Jadi Ambigu

TRIBUNWOW.COM –  Direktur Lembaga Survei Charta Politika Yunarto Wijaya, menantang semua pihak yang mengungkapkan data soal perolehan suara sementara calon presiden dan calon wakil presiden, untuk membuka semua data yang mereka keluarkan.

Meski tidak menyebut pihak tertentu, Yunarto secara tegas meminta agar semua data tentang hasil perolehan suara sementara dibuka transparansinya pada publik.

Hal tersebut diungkapkan oleh Yunarto dalam ekspose data quick count pemilu bersama dengan sejumlah lembaga survei lain.

Dikutip dari channel YouTube metrotvnews, Sabtu (20/4/2019), Yunarto awalnya menjelaskan bahwa banyak pihak yang mencoba menggiring opini publik tentang hasil quick count yang dikeluarkan oleh lembaga survei.

“Pertama bahwa ada pihak yang sudah menyimpulkan bahwaquick count pasti salah, quick count berusaha menggiring opini bahkan ada yang mengatakan bahwa quick count nanti akan disamakan atau KPU akan menyama-nyamakan hasilnya denganquick count,” terang Yunarto.

Untuk itu, Yunarto mewakili lembaga survei yang lainnya, mengaku perlu membuka semua data berkaitan dengan hasil quick count yang dikeluarkan oleh lembaganya.

“Jadi ini bukan lagi tentang sekedar kredibilitas lembaga masing-masing, kita merasa kita perlu membuka data kita seterang-terangnya supaya ini bisa membantu juga proses real count yang sedang dilakukan oleh KPU,” papar Yunarto

“Tidak kemudian diintervensi, dibentuk opininya, dikaitkan dengan opini quick count yang kami lakukan, kami tidak bisa menjaga proses real count nya tetapi minimal kami bisa membuka proses yang kami lakukan sehingga tuduhan-tuduhan itu bisa tidak muncul lagi,” tambahnya.

Terkait semua opini soal data perolehan sementara tersebut, Yunarto dengan tegas menantang semua pihak yang pernah membeberkan kemenangan soal hasil pilpres, membuka semua data ke hadapan publik.
“Kami sangat berharap semua pihak lain yang sudah berani menyebutkan angka di hadapan publik di media, bahwa ada angka 62%, 52%, 55% siapapun itu, kami juga mengimbau untuk melakukan keterbukaan informasi seperti yang kami lakukan,” tegas Yunarto.

 

 

Penulis: Nila Irdayatun Naziha
Editor: Lailatun Niqmah
Foto sumber: Repro/Kompas TV

 

Yunarto Charta: PSI Partai Masa Depan

 

jpnn.com, JAKARTA – Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya mengapresiasi sikap Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Pasalnya partai yang dipimpin Grace Natalie itu telah mengumumkan mereka tidak lolos ke DPR berdasarkan hasil quick count beberapa lembaga survei.

“Kontras sekali melihat bagaimana anak anak muda di psi merespon kekalahan mereka dibandingkan dengan respon dari mereka yang selama ini mengklaim memiliki akal sehat,” katanya, Kamis (18/4).

Meskipun belum lolos di DPR pada Pemilu 2019, dia mengungkapkan, PSI bisa saja menjadi partai masa depan. Ini terlihat dari sikap politik dan kreatifitas PSI pada masa kampanye.

“Partai ini adalah partai masa depan, diakhiri dengan sikap ksatria yang sangat berbeda dengan apa yg ditunjukan oleh kubu yang kalah di pilpres, berarti mereka memiliki mental untuk bisa tampil lagi di Pemilu berikutnya,” ujarnya.

Yunarto menyarankan, salah satu yang bisa dilakukan untuk memperkuat positioning dengan memberdayakan kader di daerah. Pasalnya PSI mendapatkan kesempatan untuk masuk di DPRD, salah satunya Jakarta.

“Bagaimana kiprah temen temen PSI yang lolos di DPRD konsisten bekerja sesuai dengan yang mereka teriakan selama ini. Kalau itu berhasil, mereka berkesempatan menjadi kejutan di 2024,” tutupnya.

Sebelumnya, calon Presiden Prabowo Subianto mendeklarasikan kemenangannya di Pilpres 2019. Dia  tidak didampingi oleh calon wakil presidennya, yakni Sandiaga Uno.

“Bahwa berdasarkan real count kita, kita sudah berada di posisi 60 persen. Ini adalah hasil real count,” tutur Prabowo di Kertanegara, Jakarta Selatan, Rabu (17/4).

 

 

sumber: https://www.jpnn.com/news/yunarto-charta-psi-partai-masa-depan

Direktur Eksekutif Charta Politika laporkan lima akun medsos ke polisi

Jakarta (ANTARA) – Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya melaporkan beberapa akun media sosial yang menyebut dirinya memanipulasi hitung cepat yang dikeluarkan oleh lembaganya ke Bareskrim Polri.

Menurut Yunarto, akun-akun itu menyebarkan hoaks berupa gambar tangkapan layar aplikasi pesan WhatsApp yang berisi percakapan antara dirinya dengan seseorang yang disebut jenderal.

“Chat palsu saya dengan jenderal siapa saya tidak tahu, karena tidak ada namanya, seperti sudah diamankan sesuatu seperti itulah,” kata Yunarto di Kantor Bareskrim Polri, Jakarta, Selasa.

Yunarto mengatakan, pihaknya pernah mendapat serangan hoaks serupa pada sebelum Pemilu 2019. Namun saat itu pihaknya dituduh memanipulasi survei popularitas pasangan capres-cawapres.

Sementara saat ini, dengan gambar yang sama, Yunarto dituduh melakukan manipulasi “quick count” yang dikeluarkan lembaga yang dipimpinnya.

Yunarto menyebutkan beberapa akun medsos yang turut menyebarkan gambar tersebut juga memberikan kata-kata bernada ancaman terhadap dirinya.

“Ancaman terornya macam-macam, dilaknatlah, mau diserang sniperlah. Tapi saya bukan melaporkan soal teror ini, tapi melaporkan hoaks sebelum Pemilu yang semakin menjadi-jadi setelah ‘quick count’ keluar,” katanya.

Beberapa akun medsos yang dilaporkannya ke polisi adalah akun Twitter @silvy_Riau02, @sofia_ardani, @sarah ahmad, @rif_opposite serta akun Facebook Ahmad Mukti Tomo.

Laporan Yunarto teregister dengan nomor LP/B/0382/IV/2019/Bareskrim tanggal 14 April 2019.

Dalam laporan tersebut, para pelapor dikenakan Pasal Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Melalui Media Elektronik, UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Pasal 27 Ayat (3) jo 45 Ayat (3) Pencemaran Nama Baik, UU Nomor 1 Tahun 1946 tentang KUHP Pasal 310 KUHP, Fitnah UU Nomor 1 Tahun 1946 tentang KUHP, Pasal 311 KUHP.

 

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Yuniardi Ferdinand
COPYRIGHT © ANTARA 2019

Dok foto: Asep Firmansyah

https://www.antaranews.com/berita/842228/direktur-eksekutif-charta-politika-laporkan-lima-akun-medsos-ke-polisi

 

Usai Buka-bukaan soal Data Quick Count, Yunarto Wijaya: BPN Kapan Buka?

 

TRIBUNNEWS.COM – Menjawab keraguan sejumlah pihak soal data quick count Pilpres 2019 yang dirilis, Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) bersama delapan anggotanya akhirnya menggelar konfrensi pers Expose Data Hasil Quick Count Pemilu 2019 di Kebon Sirih, Jakarta, Sabtu (20/4/2019) kemarin.

Mengutip Tribunnews.com, Ketua Persepi, Philips J Vermonte menyampaikan metodologi yang digunakan dalam melaksanakan hitung cepat.

“Metode kita ngambil 2.000, 3.000 atau 4.000 TPS. Lalu ada numerator yang kita kirim ke TPS, kita memobilisasi lebih kurang 2.000 orang,” kata Philips.

Peran numerator di setiap Tempat Pemungutan Suara (TPS) hanya melaporkan penghitungan form C1 plano dari TPS.

Dalam keterangan mereka, numerator ditugaskan melakukan foto C1 Plano untuk kemudian dikirim ke server pusat.

Philips J Vermonte lantas menyebut hasil quick count setiap lembaga tidak akan sama, itu karena adanya margin of error paling tidak satu persen.

“Yang jelas hasil penghitungan quick count biasanya tidak deviasi jauh dengan hasil penghitungan manual (rekapitulasi) KPU),” kata Philips.

Persepi menambahkan hasil quick count atau exit poll bukan final, yang mana referensinya tetap Komisi Pemilihan Umum.

Usai ekspos data quick count, Yunarto Wijaya, Sekretaris Jenderal Persepi sekaligus Direktur Charta Politika menjawab pertanyaan seorang warganet di akun Twitternya, Minggu (21/4/2019).

Seorang warganet awalnya menantang apakah ada lembaga survei yang bersedia menjadi volunter untuk membuka sampel data dan sumber pembiayaan quick count Pilpres 2019.

 

Editor: Hanang Yuwono
Sumber: TribunSolo.com

Foto dok. Tribunnews.com/Imanuel Nicolas Manafe

http://www.tribunnews.com/pilpres-2019/2019/04/21/usai-buka-bukaan-soal-data-quick-count-yunarto-wijaya-bpn-kapan-buka

Kesimpulan Hasil Quick Count Charta Politika: Jokowi Memenangi Pilpres 2019

 

Liputan6.com, Jakarta – Proses hasil hitung cepat atau quick count Pilpres 2019 yang dilakukan Charta Politika telah mencapai 99,85% data yang masuk. Berdasarkan data itu, Charta Politika menyimpulkan pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin akan memenangi Pilpres 2019.

Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya mengungkap, berdasarkan hasil quick countlembaganya, Jokowi-Ma’ruf Amin memperoleh suara 54,66% mengungguli pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang memperoleh 45,34%.

“Selisih antara kedua pasangan adalah sebesar 9,32%. Hal ini melampaui margin of error sebesar +/-1%. Dengan demikian, dapat diperkirakan bahwa pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin akan memenangkan Pilpres 2019 ini,” kata Yunarto dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Selasa (23/4/2019).

Menurut dia, proses updating data quick count akan terus dilakukan seiring dengan adanya penambahan data masuk. “Akan tetapi, apabila dilihat dari grafik stabilitas suara, penambahan data masuk tidak akan menimbulkan perubahan signifikan terhadap hasil quick count secara keseluruhan,” ujar Yunarto.

Metodologi Quick Count

Populasi quick count Charta politika merupakan seluruh pemilih di seluruh TPS (tempat pemungutan suara). Sampel yang digunakan sebanyak 2.000 TPS dipilih secara acak dari total populasi TPS (809.497) di seluruh Indonesia secara proporsional.

Dengan sampel sebesar 2.000 TPS, tingkat kepercayaan quick count sebesar 99% dengan toleransi kesalahan (margin of error) sebesar +/- 1%. Artinya, perolehan suara kandidat dari hasilquick count ini bisa bergeser ke atas atau ke bawah hingga sebesar 1%.

Metode penarikan sampel dipilih dengan metode stratified-cluster random sampling dari populasi tersebut. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menyebar 2.000 relawan di 2.000 TPS terpilih.

Setiap relawan memonitor pemungutan suara sejak dibukanya TPS sampai penghitungan suara. Hasil penghitungan suara(C1) dikirim kepusat data, kemudian data ditabulasi dan ditampilkan secara real time.

Survei Charta Politika: Ahok-Djarot Ungguli Anies-Sandi

Hasil survei Charta Politika menunjukkan pasangan Ahok-Djarot unggul atas Anies-Sandi. Survei dilakukan terhadap 782 responden dari 1.000 orang yang direncakanan.

Ahok-Djarot meraup dukungan dari 47,3 persen responden dan Anies-Sandi sebanyak 44,8 persen. Selanjutnya sebanyak 7,9 persen responden tidak menjawab atau belum menentukan pilihan. Survei dilakukan terhadap 782 responden dari 1.000 orang yang direncakanan.

Survei dilakukan sejak 7 hingga 12 April 2017 dengan wawancara tatap muka dan kuesioner terstruktur. Margin of Error dalam survei mencapai plus-minus 3,5 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

Sumber : Beritasatu.tv

Charta Politika: Pilkada DKI Pertarungan Emosi dan Rasio

Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia menyebut pilkada DKI Jakarta sebagai pertarungan antara sisi emosional dan rasional. Sebab, ada dua kubu pemilih yang sangat menonjol perbedaannya.

Yunarto menyebut tingkat kepuasan terhadap pasangan inkumben yang tinggi biasanya diikuti dengan tingginya elektabilitas. Namun hal ini tidak terjadi pada pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Syaiful Hidayat. “Ada faktor primordial, faktor karakter Ahok yang kemudian membuat elektabilitas Ahok tidak setinggi tingkat kepuasan,” kata dia di kantornya, Sabtu, 15 April 2017.

Menurut Yunarto, ketidaksukaan pemilih terhadap karakter Ahok lantas dimanfaatkan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Di mata masyarakat, pasangan ini dinilai ramah, santun, dan terlebih memiliki agama yang sama dengan mayoritas masyarakat Jakarta.

Ahok, kata Yunarto, walaupun karakternya tidak sebaik Anies-Sandi tapi kinerjanya menjadi faktor yang menguatkan. “Itu yang menurut saya bisa jadi tema pilkada kali ini. Pertarungan sisi emosi dan rasional,” ujarnya.

Yunarto mengatakan meski kebanyakan pemilih Jakarta sangat rasional, tapi sisi emosional tak bisa dinafikkan. Di negara maju seperti Amerika Serikat pun, sisi emosional masih bisa mempengaruhi.

Ia mencontohkan adanya penentangan terhadap Barack Obama oleh beberapa masyarakat. Selain itu juga ketidaksukaan terhadap terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika. “Faktor ketidaksukaan terhadap Donald Trump bukan karena programnya, tapi gaya bicaranya, karakternya.”

Yunarto berkesimpulan bahwa faktor emosional sangat wajar ada di setiap pemilihan. Menurut dia, faktor ini bisa menjadi parameter sikap asli para pemilih. “Kita bisa menguji apakah pemilih di Jakarta semi rasional atau apakah memang semua sudah rasional.”

20 Persen Pemilih DKI Bisa Berubah Pilihan

Terdapat 20 persen pemilih yang masih mungkin mengubah pilihannya di ajang Pilkada DKI Jakarta. Hal itu terungkap dalam survei terbaru dari Charta Politika yang dirilis hari ini, Sabtu (11/2), atau empat hari menjelang pemungutan suara 15 Februari.

Charta Politika melakukan pengumpulan data survei pada 3 sampai 8 Februari 2017. Survei melibatkan 764 pemilih di Pilkada DKI yang dipilih secara acak (probability sampling) dari lima wilayah kota Jakarta.

Data survei diambil melalui wawancara tatap muka (face to face interview) dengan menggunakan kuesioner terstruktur (structured interview). Tingkat kesalahan (margin of error) dalam survei ini plus minus 3,5 persen dan tingkat kepercayaan hingga 95 persen.

“Sebanyak 74,5% responden menyatakan bahwa pilihannya sudah mantap di dalam menentukan pilihan kandidat Gubernur / Wakil Gubernur Provinsi DKI. Responden yang menyatakan Masih Mungkin Berubah sebanyak 20,0%,” demikian rilis hasil survei Charta Politika.

Perubahan pilihan disebabkan oleh faktor pengaruh lingkungan (9,3 persen), visi-misi dan program kerja yang lebih baik (27,7 persen), faktor uang (1,4 persen), dan faktor lain (0,5 persen).

Ahok-Djarot Unggul

Terkait elektabilitas calon gubernur, survei Charta Politika mengajukan pertanyaan: seandainya Pilkada DKI Jakarta dilaksanakan hari ini, siapa yang akan Bapak/Ibu/Saudara pilih sebagai Gubernur DKI Jakarta untuk lima tahun yang akan datang?

Hasilnya, 34,3 persen responden memilih Basuki Tjahaja Purnama, diikuti Anies Baswedan 28,5 persen dan Agus Harimurti Yudhoyono 19,0 persen. Sisanya, 18,0 persen responden memilih tidak menjawab atau tidak tahu.

Untuk pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur, survei Charta Politika mengajukan pertanyaan: apabila Pilkada DKI dilaksanakan hari ini dan diikuti ketiga pasangan calon berikut, pasangan manakah yang Bapak/Ibu/Saudara akan pilih?

Dari pertanyaan itu, Ahok-Djarot dipilih oleh 39,0 persen responden, unggul jauh dari pasangan Agus-Sylvi yang dipilih oleh 21,3 persen responden. Sementara pasangan Anies-Sandiaga dipilih oleh 31,9 persen responden dengan 7,8 persen responden yang tidak menjawab atau tidak tahu. (wis/sur)

Prediksi Hasil Akhir Pilkada DKI Jakarta 15 Februari 2017

Prediksi Hasil Akhir Pilkada DKI Jakarta 15 Februari 2017

Charta Politika Indonesia menyelenggarakan survey preferensi politik masyarakat DKI Jakarta menjelang
pemilihan Gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022. Pengumpulan data dilakukan pada
tanggal 3–8 Februari 2017 melalui wawancara tatap muka dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Jumlah
sampel sebanyak 764 responden dari 800 yang direncanakan, yang tersebar di lima wilayah kota administrasi
(Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, dan Jakarta Timur).

Survei ini menggunakan metode

acak bertingkat (multistage random sampling) dengan margin of error ± (3,5%) pada tingkat kepercayaan 95%.
Dalam survey ini, Charta Politika menemukan beberapa temuan menarik. Pertama, (70.5%)
masyarakat mengaku puas terhadap kinerja pemprov DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Basuki
Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat.