E-Voting di Pemilu 2024, Yunarto Wijaya: Bisakah Lebih Mudah dan Murah?

MENTERI Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) Jhonny G Plate mengusulkan pemungutan suara Pemilu 2024 dilakukan secara e-voting. Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya, mengatakan usulan itu bisa terpenuhi asalkan KPU telah melalui beberapa prasyarat.

Yang pertama, kata Yunarto, e-voting pemilu 2024 harus dipastikan tidak melanggar hukum prinsip pemilu. Artinya, kerahasiaan data jharus dijaga.

“Jangan sampai membuat adanya potensi kecurangan menjadi lebih terjadi dan apakah perangkat infrastruktur nya sudah siap atau tidak?,” ungkap Yunarto kepada Media Indonesia, Minggu (27/3),

Kemudian, Yunarto menegaskan dengan adanya e-voting jangan sampai partisipasi masyarakat menurun lantaran ketidaksiapan infrastruktur dan sistim e-voting.

“Terakhir, harus dipastikan juga e-voting ini tujuan awalnya untuk membuat pemilu lebih mudah dan murah. Apakah bisa dipastikan bisa lebih murah dan mudah? Niatnya bisa mengecilkan logistik, apakah bisa?,” tegasnya.

“Jika 3 syarat ini blm terpenuhi, artinya belum saatnya kita melakukan pemilu e-voting,” tambahnya.

Yunarto pun membeberkan sejauh ini belum ada pihak yang melakukan riset terkait e-voting pada pemilu di Indonesia. Soal internet di Tanah Air sendiri yang belum merata, tentu bakal jadi kendala.

“Saya berharap ide ini ketika digulirkan disertai riset dan simulasi dan hitung-hitungan yang menjelaskan bahwa ini akan memudahkan dan lebih mudah,” harapnya.

Yunarto pun mengusulkan agar sistim e-voting ini segera dibuatkan payung hukum yang kuat. Sejauh ini, kata Yunarto, baru ada penjelasaan mengenai sirekap atau penghitungan oleh elektronik bukan pemilihan secara elektronik.

(OL-6)
sumber : Mediaindonesia.com
foto : MI/TOSIANI

Charta Politika Sebut Ganjar Unggul Capres di Jawa Timur dan Lampung

JawaPos.com–Lembaga survei Charta Politika meluncurkan hasil survei. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo unggul sebagai calon presiden di Jawa Timur dan Lampung.

Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya mengatakan, para responden diberikan pertanyaan: Jika pemilihan presiden diadakan sekarang, siapa yang akan Bapak/Ibu/Saudara pilih sebagai presiden di antara nama-nama berikut ini.

”Pada simulasi 10 nama calon presiden, Ganjar Pranowo 24,9 persen mendapatkan elektabilitas tertinggi di Jawa Timur, sedangkan di urutan kedua Prabowo Subianto 16,4 persen, dan sebanyak 15,1 persen masyarakat memilih Anies Baswedan,” kata Yunarto Wijaya seperti dilansir dari Antara, Rabu (16/3).

Selain itu, Ganjar Pranowo juga unggul di Provinsi Lampung dengan elektabilitas mencapai 27,1 persen, Prabowo Subianto 26,8 persen di urutan kedua, dan Anies Baswedan 19,1 persen urutan ketiga.

”Namun di Jawa Barat, Ganjar Pranowo memperoleh 12 persen. Artinya mampu menyaingi tiga kandidat lain seperti Prabowo Subianto 24.0 persen, Ridwan Kamil 20,9 persen, lalu Anies Baswedan 18 persen,” papar Yunarto.

Riset preferensi sosial dan politik masyarakat dilakukan di tiga provinsi yaitu Lampung 27 Januari–2 Februari dan Jawa Timur serta Jawa Barat 3–9 Februari 2022. Survei itu menggunakan metode multistage random sampling pada tingkat kepercayaan 95 persen secara tatap muka melalui kuisioner terstruktur.

Jumlah sampel di Jawa Timur sebanyak 1.210 responden, Lampung 800 responden, dan Jawa Barat 1.200 responden. Sementara, margin of error di Jawa Timur kurang lebih 2,82 persen, Lampung kurang lebih 3,46 persen, dan Jawa Barat 2,83 persen.

 

 

Editor : Latu Ratri Mubyarsah
Reporter : Antara
Foto : Genta Mawangi/Antara
Sumber : Jawa Pos

Survei Charta: Ganjar Ungguli Prabowo di Lampung-Jatim tapi Kalah di Jabar

Jakarta – Lembaga survei Charta Politika merilis hasil survei elektabilitas bakal capres 2024 di Provinsi Lampung, Jawa Barat (Jabar), dan Jawa Timur (Jatim). Hasilnya, elektabilitas Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo dan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto bersaing sengit.
Survei digelar pada 27 Januari-2 Februari 2022 di wilayah Lampung. Sementara di wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur dilakukan pada 3-9 Februari 2022.

Survei dilakukan melalui wawancara tatap muka secara langsung dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Survei menggunakan metode multistage random sampling dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menyebut elektabilitas Ganjar Pranowo tertinggi di Lampung dengan suara sebesar 27,1 persen. Sedangkan di Jawa Timur sebesar 24,9 persen.

“Pada simulasi 10 nama calon presiden, Ganjar Pranowo 24,9 persen mendapatkan elektabilitas tertinggi di Jawa Timur, sedangkan di urutan kedua ada Prabowo Subianto 16,4 persen, sementara sebanyak 15,1 persen masyarakat memilih Anies Baswedan,” kata Yunarto Wijaya dalam keterangan tertulis, Rabu (16/3/2022).

“Selain itu, Ganjar Pranowo juga unggul di Provinsi Lampung dengan elektabilitas mencapai 27,1 persen, sementara Prabowo Subianto 26,8 persen di urutan kedua dan Anies Baswedan 19,1 persen pada urutan ketiga,” tambahnya.

Yunarto melanjutkan, dalam simulasi 10 nama, elektabilitas Prabowo Subianto menempati posisi paling atas dengan perolehan suara sebesar 24,0 persen di wilayah Jawa Barat. Sementara Ridwan Kamil menyusul di urutan kedua dengan jumlah suara sebesar 20,9 persen dan Anies Baswedan sebesar 18 persen.

“Dalam simulasi 10 nama, Prabowo Subianto mendapatkan elektabilitas tertinggi bila dibandingkan nama lainnya, selanjutnya ada Ridwan Kamil yang merupakan Gubernur Jawa Barat,” ucapnya.

“Sementara Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo berada di posisi ketiga dan keempat,” imbuhnya.

Provinsi Lampung
Ganjar Pranowo 27,1%
Prabowo Subianto 26,8%
Anies Baswedan 19,1%
Sandiaga S Uno 6,6%
Ridwan Kamil 2,5%

Provinsi Jawa Barat
Prabowo Subianto 24,0%
Ridwan Kamil 20,9%
Anies Baswedan 18,0%
Ganjar Pranowo 12,0%
Sandiaga S Uno 3,4%

Provinsi Jawa Timur
Ganjar Pranowo 24,9%
Prabowo Subianto 16,4%
Anies Baswedan 15,1%
Khofifah Indar Parawansa 13,1%
Puan Maharani 4,0%

(fca/fas)

 

Firda Cynthia Anggrainy – detikNews
Foto : Dok. detikcom

Charta Politika: Ganjar Pranowo Unggul Survei Pilpres di Lampung dan Jawa Timur

LEMBAGA survei Charta Politika menyebut bahwa Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengungguli Prabowo Subianto hingga Anies Baswedan di Lampung dan Jawa Timur.

Hasil survey keluar usai Charta Politika melakukan riset Preferensi Sosial dan Politik Masyarakat di tiga provinsi, yaitu Lampung, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Hasilnya, Ganjar memimpin dalam 10 nama calon Presiden RI.

Adapun wawancara dilakukan kepada responden Lampung mulai 27 Januari-2 Februari 2022, sementara untuk Jawa Timur dan Jawa Barat di 3-9 Februari 2022.

Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya mengemukakan para responden diberi pertanyaan, seperti ‘Jika pemilihan presiden diadakan sekarang, siapa yang akan Bapak/Ibu/Saudara pilih sebagai Presiden di antara nama-nama berikut ini?’.

Maka, Ganjar pun melesat jauh di atas Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.

“Pada simulasi 10 nama calon Presiden, Ganjar Pranowo 24.9 persen mendapatkan elektabilitas tertinggi di Jawa Timur, sedangkan di urutan kedua ada Prabowo Subianto 16.4 persen, sementara sebanyak 15.1 persen masyarakat memilih Anies Baswedan,” tutur Yunarto.

Hal serupa juga terjadi di Lampung, nama Ganjar memimpin sebagai calon presiden RI pilihan masyarakat.

Elektabilitas Ganjar mencapai 27,1 persen, sementara Prabowo Subianto 26,8 persen di urutan kedua dan Anies Baswedan 19,1 persen pada urutan ketiga.

“Namun di Jawa Barat, Ganjar Pranowo memperoleh 12 persen. Artinya mampu menyaingi tiga kandidat lain seperti Prabowo Subianto 24.0 persen, Ridwan Kamil 20.9 persen, lalu Anies Baswedan 18 persen,” ungkapnya.

Sekadar informasi, Survei Preferensi Sosial dan Politik Masyarakat menggunakan metode multistage random sampling pada tingkat kepercayaan 95 persen secara tatap muka melalui kuisioner terstruktur yang digelar di tiga provinsi, Jawa Timur, Lampung, dan Jawa Barat.

Jumlah sampel di Jawa Timur sebanyak 1.210 Responden, Lampung 800 responden, dan Jawa Barat 1.200 responden. Sementara, margin of error di Jawa Timur kurang lebih 2.82 persen, Lampung kurang lebih 3.46 persen, dan Jawa Barat 2.83 persen. (Ant/OL-13)

 

(Ant/OL-13)
Sumber foto: MI/M Irfan
Sumber : mediaindonesia.com

Survei Charta Politika: PDI-P Masih Unggul di Jatim dan Lampung, Gerindra di Jabar

JAKARTA, KOMPAS.com – Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDIP) masih unggul di Provinsi Jawa Timur dan Lampung berdasarkan hasil survei terbaru Charta Politika Indonesia. Sementara itu Partai Gerindra tetap meraja di Provinsi Jawa Barat.

Charta Politika melakukan “Survei Preferensi Sosial dan Politik Masyarakat Tahun 2022” di Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, dan Lampung yang dirilis pada Rabu (16/3/2022). Salah satunya terkait dengan elektabilitas partai politik.

Survei ini dilakukan di Provinsi Lampung pada 27 Januari-2 Februari 2020. Sementara di Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Jawa Timur, survei digelar pada 3-9 Februari 2022.

Survei melalui wawancara tatap muka secara langsung dengan menggunakan kuesioner terstruktur dengan protokol kesehatan yang ketat.

Metodologi yang digunakan adalah metode acak bertingkat (multistage random sampling) pada tingkat kepercayaan 95%.

Margin of error untuk survei di Jawa Timur sebesar +/- 2.82%. Lalu di Lampung +/- 3.46%, dan di Jawa Barat +/- 2.83%.

Pada Pileg 2019, partai politik pemenang pemilu di Lampung adalah PDI-P. Kemudian disusul oleh Partai Demokrat dan Golkar.

Namun berdasarkan survei Charta Politika ini, Demokrat kini turun cukup signifikan di Lampung. Demokrat kini berada di posisi ke-4 pilihan responden, dikalahkan oleh Partai Gerindra dan Partai Golkar.

Sementara itu, partai yang unggul di Jawa Timur masih sama dengan hasil Pileg 2019 untuk posisi pertama hingga ketiga. PDI-P berada di urutan teratas, lalu disusul PKB dan Gerindra.

PDI-P bisa mempertahankan menjadi partai paling unggul di Jatim, setelah berhasil mengalahkan PKB yang menjadi pemenang di Pemilu 2014.

Sama seperti Jatim, urutan elektabilitas parpol di Jawa Barat belum berubah. Gerindra tetap mendapat suara terbanyak, lalu di posisi kedua dan ketiga adalah PDI-P dan PKS.

Berikut rincian hasil survei elektabilitas partai politik:

Lampung
PDI-P: 29,8%
Gerindra: 16,6%
Golkar: 10,3%
Demokrat: 4,5%
PKS: 4,5%
PKB: 4,1%
NasDem: 2,9%
PAN: 1%
PPP: 1%
Perindo: 0,6%
Hanura: 0,4%
PKPI: 0,1%
Garuda: 0,1%
TT/TJ: 24,1%

Jawa Timur
PDI-P: 28,5%
PKB: 25%
Gerindra: 9,8%
Golkar: 5%
Demokrat: 3,4%
PPP: 3,2%
NasDem: 2,7%
PAN: 2,1%
PKS: 0,8%
PBB: 0,3%
PKPI: 0,1%
Hanura: 0,1%
TT/TJ: 18,8%

Jawa Barat
Gerindra: 21,3%
PDI-P: 18,2%
PKS: 9,1%
Golkar: 9%
PKB: 6,2%
Demokrat: 4,3%
NasDem: 2,7%
PPP: 2,1%
PAN: 1,7%
Perindo: 1%
Hanura: 0,7%
Garuda: 0,7%
PBB: 0,4%
Gelora: 0,3%
PSI: 0,2%
Partai Ummat: 0,1%
Berkarya: 0,1%
TT/TJ: 22,1%

 

Penulis : Elza Astari Retaduari
Editor : Elza Astari Retaduari
Sumber : Kompas.com
Foto : KOMPAS.com/KRISTIAN ERDIANTO

 

Cak Imin-Zulhas Dinilai Tak Punya Alasan Kuat Usul Perpanjang Jabatan Jokowi

Jakarta – Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya menilai usulan perpanjangan masa jabatan Presiden Joko Widodo (Jokowi) belum memiliki alasan yang kuat. Yunarto mengutarakan sejumlah catatan kritis terkait usulan tersebut.
Yunarto menyoroti alasan di balik usulan Ketum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) dan Ketum PAN Zulkifli Hasan (Zulhas) terkait perpanjangan masa jabatan presiden yang berbeda. Dia lantas mempertanyakan bagaimana alasan yang masih berbeda-beda itu justru digunakan untuk membuka satu kotak pandora: pembatasan masa kekuasaan yang dijamin konstitusi.

“Belum ada alasan yang kuat di antara ketum ini, kesatuan alasan untuk kemudian membuka kotak pandora bernama pembatasan masa kekuasaan, yang sangat esensial dalam demokrasi,” kata Yunarto Wijaya kepada wartawan, Jumat (25/2/2022).

“Bayangkan, sederhana saja, Zulhas dan Cak Imin sudah menggunakan alasan yang berbeda. Satu perang Ukraina dengan Rusia, lalu yang satu lebih menekankan terkait pandemi. Lalu bagaimana mungkin alasan yang juga masih berbeda-beda digunakan untuk sesuatu yang paling esensial dari demokrasi, yaitu pembatasan masa kekuasaan dan harus mengamandemen konstitusi,” lanjutnya.

Seperti diketahui, aspirasi perpanjangan masa jabatan presiden kembali mencuat setelah Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin memberi usul agar Pemilu 2024 ditunda 1-2 tahun. Alasannya, Pemilu 2024 berpotensi mengganggu momentum perbaikan ekonomi Indonesia.

Lulusan S2 manajemen Universitas Indonesia itu heran terhadap alasan pemulihan ekonomi tersebut. Dia menyebut semua negara di dunia pun tengah berjuang memulihkan ekonominya, tetapi tak ada yang melakukan perpanjangan kekuasaan.

Menurutnya, penundaan pemilu setidaknya lantaran permasalahan teknis yang diundur hanya hitungan bulan, bukan untuk memperpanjang masa jabatan kekuasaan.

“Pertanyaan yang harus ditanya juga adalah, ketika alasan pandemi yang digunakan, misalnya, atau pemulihan ekonomi yang masih berjalan pada masa pandemi, negara lain kan di dunia juga mengalami ini. Semua negara mengalami situasi pandemi dan juga sedang melakukan proses pemulihan ekonomi, tapi tidak ada satu pun negara yang setahu saya melakukan perpanjangan kekuasaan,” katanya.

“Penundaan pemilu hanya dilakukan dalam hitungan teknis. Hitungan bulan, tanggal, tapi bukan dalam konteks perpanjangan kekuasaan,” imbuhnya.

Dia menyebut berbagai hasil survei menunjukkan mayoritas responden memilih menolak penundaan pemilu. Lantas, dia mempertanyakan suara siapa yang diklaim para ketum partai itu.

“Semua lembaga survei mengatakan masih lebih banyak yang menolak untuk penundaan pemilu. Kan jadi pertanyaan, lalu suara siapakah yang diklaim para ketum partai. Kalau hanya didasarkan pada subjektivitas mereka ya pada akhirnya tuduhan mengenai oligarki ini kan seperti menjadi benar, gitu, kan,” ujarnya.

Lebih lanjut, dia menduga usulan perpanjangan masa jabatan presiden tersebut membawa kepentingan segelintir elite politik untuk memperpanjang kekuasaannya, baik di bangku-bangku kementerian maupun di Senayan. Sebab, ujarnya, apabila pilpres ditunda, akan mempengaruhi jadwal pileg.

“Dan jangan-jangan kemudian akan muncul tuduhan bahwa mereka punya kepentingan juga untuk memperpanjang kekuasaannya. Memperpanjang kekuasaan sebagai menterikah atau misalnya memperpanjang kekuasaan anggota-anggota DPR sebagai bagian dari partai,” katanya.

“Karena kan kita tahu pilpres yang ditunda ini akan menjadi pileg yang ditunda yang menguntungkan mereka juga,” sambung dia.

Yunarto kemudian menyinggung pernyataan Jokowi yang selama ini menolak usulan perpanjangan masa jabatan presiden. Menurutnya, selama Jokowi belum mengeluarkan pernyataan baru, tak salah jika masyarakat melihat bahwa elite yang mengusulkan itu dinilai menjerumuskan Jokowi.

“Catatan kritis keempat, yang bisa kita pegang kan adalah statement Pak Jokowi terakhir terkait isu ini jelas menolak dan mengatakan yang mengutarakan isu ini menjerumuskan dirinya. Selama belum ada statement baru Pak Jokowi, ya, jangan salahkan juga kalau kemudian sebagian masyarakat mengatakan bahwa yang mengutarakan kalimat ini orang yang menjerumuskan Jokowi juga,” katanya.

 

Firda Cynthia Anggrainy – detikNews
Sumber foto: Ari Saputra/detikcom
Sumber berita: https://bit.ly/35sRkxM

Yunarto Wijaya: Layani Kritikan Ketum PSI, Anies Turunkan Kualitasnya

JAKARTA, KOMPAS. TV – Langkah Gubernur DKI Jakarta Anie Baswedan menyaksikan aksi spektakuler Group Band Nidji di Jakarta Internasional Stadion dimaknai sejunlah pihak sebagai sindiran kepada Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Giring Ganesha.

Kritikan keras, bertubi-tubi dari Giring, ditanggapi Anies dengan menemui personel group band di mana Giring pernah bergabung sebagai vokalis.

Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menilai jika Anies Baswedan sengaja menyindir Giring, maka maka manuver mengundang Nidji adalah langkah yang cerdas.

“Kalau ini sebuah kesengajaan dalam konteks komunikasi memang bisa dikatakan cerdas. Anies Baswedan menggunakan sebuah group band yang dulu Giring ada di dalamnya dan sudah keluar untuk menyindir balik kritikan dari Giring,” kata Yunarto dalam pernyataan video kepada KOMPAS.TV, Selasa (18/1/2022).

Sindiran tersebut, kata Yunarto dapat terlihat dari pernyataan yang dibuat Anies dalam postingan instagramnya.

Namun di sisi lain, Yunarto juga mengkritisi langkah Anies Baswedan tersebut.

Menurutnya dengan membalas sindiran Giring, maka Anies Baswedan tampak terbawa oleh narasi-narasi dari Ketum PSI Tersebut.

“Buat apa seorang Anies Baswedan disebut namanya bisa jadi capres, gubernur DKI Jakarta, kemudian terbawa oleh narasi yg dibuat dan kritikan yang dilakukan oleh seorang ketua umum partai satu koma bahkan tidak mencapai dua persen,” ujar Yunarto.

 

Penulis : Vidi Batlolone | Editor : Gading Persada
Sumber foto: Instagram @aniesbaswedan
Sumber berita: https://bit.ly/3FUzobC

Gibran Respons Hasto soal Pilgub DKI: Saya di Solo Aja

Jakarta, CNN Indonesia — Nama Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka kembali masuk dalam bursa calon Gubernur DKI Jakarta 2024. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menyebut Gibran dan Menteri Sosial Tri Rismaharini berpeluang diajukan sebagai salah salah kandidat dari partai berlambang kepala banteng itu.

Hasto menilai keduanya memiliki potensi kuat lantaran memiliki rekam jejak yang baik sebagai pemimpin di daerah masing-masing. Terkait dengan Gibran, Hasto menyebut ia harus membuktikan keberhasilannya sebagai wali kota Solo.

“Saya di Solo aja. Ngrampungi gawean sik (menyelesaikan pekerjaan dulu). Isih okeh (masih banyak pekerjaan),” katanya usai mendampingi Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di Terminal Tirtonadi, Sabtu (8/1).

Selain PDIP, nama Gibran juga muncul dalam survei elektabilitas yang digelar Charta Politika Indonesia. Putra Presiden Joko Widodo itu menempati posisi teratas dengan elektabilitas mencapai 34,8 persen. Jauh meninggalkan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimun yang hanya dipilih oleh 9,3 responden.

Menanggapi survei tesebut, Gibran mengaku tidak pernah melihat survei yang kerap digelar sejumlah lembaga menjelang pemilihan kepala daerah atau presiden.

“Survei opo? saya nggak pernah lihat survei,” katanya.

Ia kembali menegaskan dirinya belum berpikiran untuk menapakkan karir politiknya ke jenjang yang lebih tinggi.

“Kita fokus kerjaan di Solo dulu kita rampungkan sampai tuntas, sampai selesai,” katanya.

Gibran juga enggan menjawab saat ditanya apakah akan melanjutkan jabatan Wali Kota Solo hingga dua periode.

“Mau satu periode, dua periode, itu yang menentukan warga. Yang milih warga,” katanya.

(syd/ain)
Foto: CNN Indonesia/ Rosyid
Sumber: https://bit.ly/3f25iI6

Survei Charta Politika: 40,3 Persen Responden Belum Tahu Pemilu Digelar 2024

TEMPO.CO, Jakarta – Hasil sigi lembaga survei Charta Politika menunjukkan 40,3 persen dari total 1.200 responden mengaku belum tahu pemilihan umum digelar serentak pada 2024. Dari total 1.200 responden yang diwawancarai, sebanyak 59,7 persen di antaranya atau sebanyak 716 orang memang menyatakan telah mengetahui informasi bahwa pemilihan presiden, pemilihan anggota legislatif, dan pemilihan kepala daerah akan digelar pada tahun yang sama.

“Namun, sebanyak 484 responden lainnya mengaku belum mengetahui informasi tersebut,” kata Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya saat acara peluncuran hasil survei secara virtual di Jakarta, Senin, 20 Desember 2021.

Oleh karena itu Yunarto Wijaya mendorong penyelenggara pemilu untuk menyebarkan informasi terkait dengan pemilu lebih luas kepada masyarakat. “Ini PR (pekerjaan rumah) bagi KPU (Komisi Pemilihan Umum) dan Bawaslu (Badan Pengawas Pemilu) penyelenggara pemilu,” ujar Yunarto.

Yunarto menuturkan 81,7 persen responden setuju pemilu digelar serentak pada 2024. Namun, 17,3 persen responden lainnya tidak setuju. Menurut Yunarto tingginya jumlah responden yang setuju Pemilu 2024 berbanding terbalik dengan hasil survei menjelang pilkada serentak 2020.

“Ini mungkin berpengaruh pada psikologi orang ketika sekarang merasa Covid-19 sudah mereda, situasi pertemuan online sudah bisa dilakukan, dan tidak berbahaya lagi untuk kumpul pada masa Covid-19, termasuk diselenggarakan pemilu serentak terbesar sepanjang sejarah di Indonesia,” kata dia.

Charta Politika juga menghimpun persepsi publik mengenai wacana menunda pemilu sampai 2027 karena alasan pandemi Covid-19. Mayoritas responden, yaitu 47,6 persen dari 1.200 orang yang diwawancara, tidak setuju pemilu ditunda pada 2027. Namun, ada 20,4 persen responden atau sebanyak 245 orang setuju dengan wacana itu.

Isu pemilu lainnya yang ditanyakan Charta Politika kepada responden perihal wacana perpanjangan masa jabatan presiden sampai tiga periode. Hasil survei memperlihatkan 46,2 persen responden mengetahui wacana perpanjangan itu, sementara 36,4 persen tidak tahu.

Charta Politika mendalami persepsi para responden terkait dengan wacana perpanjangan masa jabatan presiden. Hasilnya sebanyak 57,9 persen responden tidak setuju terhadap wacana itu, sedangkan 19,8 persen menyatakan setuju.

Reporter: Antara
Editor: Kukuh S. Wibowo
Ilustrasi TPS Pilkada. Dok TEMPO
Sumber: https://bit.ly/3q8EMlE

Charta Politika: Elektabilitas PDIP Masih Tertinggi, Diikuti Gerindra dan Golkar

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Selain merilis elektabilitas sejumlah tokoh nasional, Charta Politika Indonesia juga memaparkan hasil survei mengenai elektabilitas sejumlah partai politik.

Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya, mengatakan elektabilitas tertinggi masih dipimpin oleh PDIP.

“PDIP masih paling tinggi 24,9 persen, Gerinda 13,9 persen, dan Golkar 9,4 persen menjadi pilihan teratas responden,” kata Yunarto dalam rilis survei, Senin (20/12/2021).

Berikut ini hasil survei mengenai elektabilitas partai:

1. PDIP 24,9%

2. Gerindra 13,9%

3. Golkar 9,4%

4. PKB 9,4%

5. PKS 6,5%

6. Demokrat 6%

7. NasDem 4,3%

8. PAN 1,8%

9. PPP 0,8%

10. Perindo 0,8%

11. PSI 07%

12. Hanura 04%

13. Partai Ummat 0,3%

14. PBB 0,3%

15. Gelora 0,2%

16. Partai Berkarya 0,1%

17. Partai Garuda 0,1%

Diketahui, survei Charta Politika digelar pada 29 November – 6 Desember 2021 menggunakan metode multistage random sampling dengan 1.200 responden.

Adapun Margin of Error (MoE) survei sebesar ± 2,83 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Penulis: Reza Deni
Editor: Arif Fajar Nasucha
Foto:Tribun News
Sumber: https://bit.ly/3H6H1wR