Survei Charta Politika soal Parpol: PDIP Teratas, PKB Salip Golkar

Jakarta, CNN Indonesia — PDIP memuncaki tingkat elektabilitas partai politik dalam survei yang dirilis Charta Politika Indonesia, Senin (26/4).

Berdasarkan survei yang dilakukan 10-17 April 2022, PDIP itu unggul dengan elektabilitas mencapai 24,7 persen. Sedangkan, PKB menyalib posisi Golkar di posisi ketiga dengan elektabilitas mencapai 9,8 persen, di bawah Gerindra di posisi kedua dengan 11,9 persen.

Hasil itu terungkap lewat pertanyaan tertutup, “Seandainya pemilu legislatif untuk memilih anggota DPR RI dilaksanakan hari ini dan diikuti oleh partai politik di bawah ini, partai apa yang Ibu/Bapak pilih?”.

Kemudian di bawah Golkar ada PKS di posisi kelima dengan 7,7 persen, Demokrat 7,0 persen, Nasdem 5,1 persen, PPP 2,0 persen, dan PQN 1,5 persen.

“Secara umum pilihan publik terhadap partai politik secara berurutan adalah: PDIP, Gerindra, PKB, dan Golkar sebagai 4 partai politik dengan pilihan tertinggi.

Sementara PKS dan Demokrat berada pada urutan berikutnya, relatif berimbang,” ucap Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya dalam paparannya.

Survei Charta Politika dilakukan selama sepekan pada 10-17 April. Melibatkan 1.220 responden dengan metode penarikan sampel acak bertingkat atau multistage random sampling. Margin of error sekitar 2,83 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Dalam survei dua lembaga lain yakni Populi Center dan Trust Indonesia Research & Consulting beberapa waktu lalu PDIP juga berada di atas.

Populi Center dalam survei yang hasilnya dirilis 24 April 2022 menunjukkan PDIP posisi puncak dengan 19,3 persen. Disusul Gerindra di tempat kedua dengan 11,6 persen dan Golkar di tempat ketiga (11,3 persen).

Lalu disusul oleh PKB (6,8 persen), Demokrat (6,7 persen) dan PKS (5,1 persen).

Sementara itu, survei Trust yang dirilis 31 Januari 2022, elektabilitas PDIP tertinggi yakni 21,8 persen. Kemudian disusul Gerindra dengan 17,3 persen dan Partai Golkar sebesar 10,6 persen.

Sedangkan, hasil popularitas partai politik tertinggi diperoleh oleh Partai Golkar dengan 93,9 persen menggungguli PDIP yang hanya meraih 92,3 persen.

 

thr/kid
Ilustrasi surat suara untuk pemilu. (CNN Indonesia/Hesti Rika)
Sumber: CNNIndonesia.com

 

Charta Politika Rilis Elektabilitas Capres Terbaru : Ganjar Pranowo Unggul

LEMBAGA survei Charta Politika Indonesia merilis hasil survei nasional terkait dengan calon presiden (Capres) 2024 dengan elektabilitas tertinggi. Dalam survei tersebut, elektabilitas Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, menang telak mengalahkan sembilan calon lainnya.

“Ganjar Pranowo menjadi pilihan tertinggi publik sebagai calon presiden,” tutur Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya dalam keterangan tertulisnya, Senin (25/4/2022).

Yunarto mengemukakan dalam survei itu pihaknya melakukan simulasi atas elektabilitas sejumlah bakal calon presiden.

Yunarto menyatakan para responden diberi pertanyaan, seperti ‘Jika pemilihan presiden diadakan sekarang, siapa yang akan Bapak/Ibu/Saudara pilih sebagai Presiden di antara nama-nama berikut ini?’

Dengan pertanyaan itu, kata Yunarto, Ganjar berada diposisi paling atas dengan 29,2 %, Prabowo Subianto dibawahnya dengan 23 %, Anies Baswedan dengan 22,2 %, Sandiaga Uno dengan 4,9 %, Ridwan Kamil dengan 4,8 %.

Kemudian Agus Harimurti 3,4 %, Khofifah Indar Parawansa dengan 3,3 %, Puan Maharani dengan 1,8 %, Erick Thohir dengan 1,5 %, dan Airlangga Hartanto dengan 0,7 %. Sementara sebanyak 7,0 % menjawab tidak tahu atau tidak menjawab.

“Pada simulasi 10 nama, Ganjar Pranowo 29.2 % mendapatkan elektabilitas tertinggi,” tegas Yunarto.

Survei preferensi sosial dan politik masyarakat ini di gelar pada periode 10 – 17 April 2022.

Adapun jumlah sampel sebanyak 1220 responden, margin of error kurang lebih 2,83 %, dengan tingkat kepercayaan 95%. Sementara unit sampling primer survei (PSU) ini adalah desa/kelurahan dengan jumlah sampel masing- masing 10 orang di 122 desa/kelurahan yang tersebar di Indonesia.

Adapun sampel dipilih sepenuhnya secara acak (probability sampling) dengan menggunakan metoda penarikan sampel acak bertingkat (multistage random sampling), dengan memperhatikan urban/rural dan proporsi antara jumlah sampel dengan jumlah pemilih di setiap provinsi. (OL-13)

 

Sumber: mediaindonesia.com | Politik dan Hukum

 

Survei Charta Politika: Kepercayaan pada Jokowi Terus Menurun Sepanjang 2022

TEMPO.CO, Jakarta – Survei Charta Politika menyebut tingkat kepercayaan terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) terus menurun sepanjang 2022. Pada awal Januari, tingkat kepercayaan menyentuh angka 84,9 persen, lalu menurun pada Februari 2022 menjadi 81,0 persen, dan terakhir di angka 75,8 persen di bulan April 2022.

“Dilihat dari sisi tren, hampir semua lembaga negara mengalami penurunan pada survei April ini. Penurunan terbesar kecenderungannya terjadi di lembaga Presiden,” ujar Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya dalam webinar Senin, 25 April 2022.

Dalam survei kali ini, Charta Politika melakukan survei terhadap 1.220 responden dengan margin of error 2,83 persen. Survei dilakukan dengan metode random sampling selama sepekan, yakni pada 10-17 April 2022 di setiap provinsi seluruh Indonesia.

Dari hasil survei tentang tingkat kepercayaan terhadap lembaga tinggi negara, institusi TNI berada di nomor urut satu dengan 85,2 persen, nomor dua Presiden dengan angka 75,8 persen, Polri 70,7 persen, dan KPK 69,9 persen.

“Untuk Polri ini pola baru (berada di urutan ketiga). Biasanya Polri ini di zaman ketika kita bicara KPK masa lalu, saat kepercayaan kepada KPK masih tinggi, biasanya Polri di bawah KPK,” kata Yunarto.

Sementara untuk tiga institusi nomor buncit ada DPR RI, DPD RI, dan MPR RI. Yunarto menyebut lembaga legislatif kerap menjadi langganan institusi paling tak dipercaya masyarakat di setiap survei lembaga kredibel. Adapun penurunan kepercayaan pada Presiden Jokowi terjadi sepanjang 2022 ini.

 

Reporter: M Julnis Firmansyah
Editor: Kukuh S. Wibowo
Sumber: Tempo.co
Foto: ANTARA/Rosa Panggabean

Rilis Survei Nasional Evaluasi Kebijakan Pemerintah dan Peluang Kandidat Capres-Cawapres 2024.

Press Release & Materi Rilis Surnas Charta Politika Indonesia

Survei dilakukan pada tanggal 10 – 17 April 2022, melalui wawancara tatap muka secara langsung dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Jumlah sampel sebanyak 1220 responden, yang tersebar di 34 Provinsi.

Metodologi yang digunakan adalah metode acak bertingkat (multistage random sampling) dengan margin of error
±(2.83%) pada tingkat kepercayaan 95%.

 Klik tautan untuk mengunduh:

202204_Press Rilis Survei

202204_Materi Rilis Surnas

Harapan untuk Partai Agama

Partai-partai baru tumbuh subur menjelang Pemilu 2024. Rupanya, partai politik (parpol) baru berbasis agama masih juga dimekarkan oleh sejumlah politikus. Seberapa besar kans partai bernuansa agama di tengah kedigdayaan elektoral partai nasionalis-sekuler? Lalu, bagaimana idealnya wujud moralitas partai agama dalam teleologis berbangsa?

Hakan Yavuz (2009) memandang parpol agama sebagai partai yang dibentuk oleh ide-ide keagamaan dan memobilisasi masyarakat akar rumput atas dasar kesamaan identitas keagamaan. Senada dengan Luca Ozzano (2020) yang mengategorikan parpol agama ditandai dengan referensi agama dalam manifesto politiknya.

Partai Ummat, Partai Masyumi, dan Partai Dakwah Rakyat Indonesia (PDRI) tergolong parpol baru yang berasas Islam. Sedangkan Partai Gelora menganut asas Pancasila dan pada saat yang sama berjati diri Islam. Sebagian kelompok yang mengartikulasikan simbol kristiani tergambar dalam kemunculan Partai Kristen Indonesia (Parkindo) 1945, Partai Indonesia Damai (PID), dan Partai Demokrasi Rakyat Indonesia Sejahtera (PDRIS).

Terlepas dari lolos atau tidaknya partai-partai keagamaan itu sebagai peserta Pemilu 2024, setidaknya mereka telah menggunakan hak politiknya sesuai koridor konstitusi. Mencermati Pemilu 2019 lalu, tercatat hanya ada tiga parpol berasas Islam yang menjadi kontestan, yakni PPP, PKS, dan PBB. Sedangkan PAN dan PKB, mengutip Saiful Mujani (2007), diasosiasikan sebagai partai yang berbasis ormas keislaman.

Tantangan Partai Agama

Pengalaman Pemilu 1999 hingga 2019 menunjukkan bahwa partai agama yang lolos ambang batas parlemen lazimnya memiliki figur karismatik dan jaringan ormas, jemaah dan sejenisnya. Itulah yang menjelaskan kestabilan suara PKB, selain pengaruh figur Gus Dur, tapi juga ditopang oleh Nahdlatul Ulama (NU), wabilkhusus Jatim.
Begitu juga PKS yang terpancang kukuh berkat soliditas Jamaah Tarbiyah yang terbina sekian lama. Namun, militansi politik PKS akan diuji ketika Partai Gelora bertunas dari akar yang sama.

Sementara PAN, turbulensi internalnya sangat terasa pekat sejak Amien Rais dan Zulkifli Hasan bersimpang jalan. PAN kehilangan figur sentral partai semenjak Amien Rais berpamitan, lalu mendirikan Partai Ummat. Belum lagi kehadiran Partai Pelita yang diinisiasi Din Syamsuddin, tentu saja fragmentasi warga persyarikatan Muhammadiyah tak terhindarkan.

Adapun tren perolehan suara PPP yang stagnan ditengarai akibat defisit tokoh yang atraktif. PPP maupun PKB merupakan representasi kekuatan politik yang bertalian secara historis dengan warga Nahdliyin. Tafsir pun berkembang bahwa relasi politis antara PKB dan NU lebih kental daripada PPP dan NU. Namun, manifestasi politik Nahdliyin kemungkinan berubah semenjak KH Yahya Cholil Staquf ingin memosisikan NU berada di atas semua parpol.

Potret buram juga melanda PBB yang semula digawangi jaringan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia. Kursi DPR yang diperoleh PBB pada Pemilu 1999 dan 2004 rupanya tidak mampu bertahan di pemilu selanjutnya. Sejumlah kader yang resistan terhadap keputusan PBB mendukung Jokowi di Pilpres 2019 lantas mencetuskan Partai Masyumi. Sebagian faksi “Masyumi reborn” mendeklarasikan PDRI.

Di kutub lain, partisipasi politik Kristen tecermin pada Parkindo dan Partai Katolik yang mewarnai Pemilu 1955 era Orde Lama. Selama di Pemilu Orde Baru, Parkindo dan Partai Katolik kemudian berfusi ke Partai Demokrasi Indonesia (PDI).

Pileg 1999 diikuti tiga partai Kristen di antara 48 partai, yakni Partai Kristen Nasional Indonesia (KRISNA), Partai Demokrasi Kasih Bangsa (PDKB), dan Partai Katolik Demokrat (PKD). PDKB meraih 5 kursi, sementara PKD meraih 1 kursi. Pileg 2004 diikuti satu partai Kristen yakni Partai Damai Sejahtera (PDS) yang meraih 13 kursi. Pileg tahun 2009 diikuti dua partai Kristen, yakni PDS dan Partai Kasih Demokrasi Indonesia (PKDI), namun keduanya tidak mendapat kursi di DPR (Osbin Samosir, 2019).

Partai berbasis Kristen tak sepi pula dari konflik internal. PDS, misalnya, dilanda faksionalisasi hingga dualisme kepengurusan sejak 2009. Meskipun para pendiri PDS berpijak pada “dinamika kekristenan”, PDS berasas Pancasila.

Obligasi Moral

Betapapun ragamnya aspirasi partai-partai agama, kompetisi pemilu yang menyertakan mereka tentu bermakna strategis dalam konteks penerimaan demokrasi. Lagi pula, partai berwajah agama pun menggeliat di negara-negara lain. Di Jerman, misalnya, ada Partai Kristen (Christian Democratic Union/CDU) dan Partai Katolik (Christian Social Union/CSU).

Di India terdapat Bharatiya Jannati Party (BJP) yang berhaluan nasionalis Hindu, di Thailand ada Partai Pandin Dharma yang bercorak Buddhis, dan di Malaysia ada juga Partai Islam Se-Malaysia (PAS). Di Israel bercokol Jewish Home yang beraliran Zionis religius dan Judaisme ortodoks.

Di Indonesia ekspresi masyarakat religius yang kental seakan-akan memupuk harapan bagi partai baru berlabel agama untuk meraup suara. Sejurus itu, ada tiga hal yang patut dipertimbangkan oleh partai agama. Pertama, merekrut figur-figur moncer (calon legislatif dan calon kepala daerah) yang piawai menjangkau ceruk elektoral yang luas.

Kedua, membidik segmen pasar pemilih tengah dan mengamplifikasi kampanye programatik yang progresif. Partai-partai yang kompetitif di banyak negara biasanya bermain pada “produk” ekonomi. Ketiga, merumuskan “issue ownership” dan diferensiasi platform agar terbentuk identifikasi pemilih dengan partainya.

Sebagai bentuk obligasi moral, elite politik dan pemuka agama harus tetap mengkhidmati realitas kemajemukan. Umat dimoderasi dari bahaya laten ekstremisme politik. Parasit demokrasi yang doyan mengorkestra kampanye hitam juga dicegah. Narasi pelayanan publik untuk semua golongan akan jauh lebih impresif daripada membenturkan disputasi negara versus agama.

Pada level elite maupun massa, gaya komunikasi politik sepatutnya bercita rasa inklusif dan pluralis. Jejak caleg nonmuslim di partai Islam dan caleg muslim di “parpol agama” lainnya juga telah terjalin selama ini. Hanya, penanda keberagaman identitas di intrapartai itu harus berjalan simultan dengan pendidikan politik kewarganegaraan kepada khalayak ramai.

Budaya politik kemudian bergeser dari jebakan dogma absolut menuju diskursus politik yang sehat dan rasional antarpartai. Partai boleh berbeda asas, baik agama maupun sekuler, tapi merengkuh kekuasaan mesti bermuara untuk kepentingan publik. Dengan cara itulah, gaya politik fanatik buta yang acap kali memicu ketegangan konfliktual bisa terkikis.

Dus, konteks kesalehan politik bukan lagi sekadar simbolis, tapi berwujud dalam kerja-kerja konkret untuk menghadirkan keselamatan dan kesejahteraan bersama. Kesadaran deontologis seyogianya terpatri dalam praksis demokrasi yang bernuansa deliberatif. Ketika bahasa kitab suci dan atribut religiusitas melekat erat, tanggung jawab moral partai-partai agama berlipat ganda untuk mewujudkan Indonesia yang adil dan beradab.

 

 

Mawardin,
Peneliti Charta Politika Indonesia
Opini ini terbit di Jawa Pos versi cetak edisi 19 April 2022
Foto: Jawa Pos

Survei: Gibran Calon Terkuat Gantikan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo

Jakarta, CNN Indonesia — Survei Charta Politika menyebut Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka sebagai calon terkuat pengganti Ganjar Pranowo di kursi Gubernur Jawa Tengah.

Elektabilitas Gibran mengungguli sejumlah politisi senior lokal maupun nasional. Bahkan, ia unggul jauh dari Wakil Gubernur Jawa tengah Taj Yasin Maimoen.

“Dalam simulasi calon Gubernur Jawa Tengah, nama Gibran Rakabuming Raka menduduki peringkat pertama dengan 28,5 persen masyarakat yang memilih namanya,” kata Direktur Eksekuktif Charta Politika Yunarto Wijaya melalui keterangan tertulis, Kamis (14/4).

Taj Yasin hanya menempati urutan kedua. Anak mendiang ulama Maimoen Zoebair itu hanya memiliki elektabilitas 11,3 persen.

Posisi ketiga ditempati Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi yang memiliki elektabilitas 6 persen. Selain itu, ada nama-nama seperti mantan Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo (3,7 persen) dan mantan Menteri ESDM Sudirman Said (3,6 persen).

Meski demikian, responden yang belum menentukan pilihan atau tidak menjawab masih mendominadsi. Sebanyak 37 persen responden menyatakan tidak tahu atau tidak menjawab pilihan calon gubernur.

Charta Politika melakukan survei ini pada 14-19 Februari 2022. Sebanyak 1.090 orang responden dipilih menggunakan metode multistage random sampling.

Survei dilakukan dengan wawancara tatap muka. Ambang batas kesalahan survei ini berada di angka +/- 2.97 persen.

(dhf/gil)
CNNIndonesia
Foto: Dok. Istimewa

 

Survei Charta: Ganjar Ungguli Prabowo dan Anies di Jateng-NTT

Jakarta – Lembaga survei Charta Politika merilis hasil survei terkait elektabilitas calon presiden. Hasilnya, Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo unggul di Jateng dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Ganjar memperoleh angka elektabilitas tertinggi di Jateng dengan 70%. Disusul Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

“Untuk elektabilitas calon Presiden, nama Ganjar Pranowo unggul jauh dari nama-nama lainnya, perolehan angka yang cukup tinggi dengan 70%. Sementara nama lainnya seperti Prabowo Subianto 9%, Anies R Baswedan 7%, masih berada di bawah 10%,” demikian petikan rilis Survei Charta Politika dikutip Kamis (14/4/2022).

Sementara itu, Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya mengatakan di NTT, Ganjar memperoleh total dukungan hampir 28%. Sementara elektabilitas Prabowo dan Anies menyusul di belakang.

“Untuk simulasi calon presiden di Nusa Tenggara Timur, Ganjar mendapat dukungan lebih tinggi dengan 27,6% dibandingkan dengan nama lainnya seperti Prabowo Subianto 21,5 % dan Anies R Baswedan 9,6%,” paparnya.

Di sisi lain, elektabilitas Prabowo unnggul di Kalimantan Timur, disusul Ganjar di posisi kedua dan Anies di posisi ketiga.

“Prabowo Subianto menjadi yang paling tinggi dipilih masyarakat dengan 29,3%, sementara di urutan kedua ada nama Ganjar Pranowo dengan 19,9% unggul tipis dari Anies Baswedan yang dipilih oleh sebanyak 18%,” pungkasnya.

Sebagai informasi, survei capres di NTT dan Kaltim dilaksanakan pada 4 sampai 12 Maret 2022 dengan total 1.600 responden melalui wawancara tatap muka. Margin of error survei ini antara 2,97% hingga 3,4%.

Sementara di Jateng, survei dilakukan pada 14 sampai 19 Februari 2022 dengan 1.090 responden melalui wawancara tatap muka. Margin of error survei ini berkisar 2,97%.

Survei dilakukan dengan metode multistage random sampling. Para responden diberi pertanyaan ‘Jika pemilihan presiden diadakan sekarang, siapa yang akan Bapak/Ibu/Saudara pilih sebagai Presiden’.

 

Atta Kharisma – detikJateng
Foto: Dok. detikcom
Sumber: Detik.com

Survei Charta Politika: Mayoritas Warga Jateng Setuju Pemilu 2024

Jakarta, Beritasatu.com – Charta Politika Indonesia menyampaikan rilis survei bertajuk Laporan Survei Jawa Tengah: Survei Preferensi Sosial dan Politik Masyarakat Tahun 2022. Salah satu temuan yang diungkapkan dalam rilis tersebut yakni mayoritas warga Jawa Tengah (Jateng) setuju Pemilu 2024.

Saat survei, para responden ditanya soal setuju atau tidaknya mereka dengan pelaksanaan pemilihan umum legislatif, presiden-wakil presiden, serta kepala daerah secara serentak pada tahun 2024. Diungkapkan, ada 73,1% responden di Jateng yang setuju terhadap pelaksanaan Pemilu 2024.

Awalnya, para responden ditanya soal pengetahuan mereka mengenai Pemilu 2024. Dipaparkan, ada 56% responden masyarakat yang mengetahui pelaksanaan Pemilu 2024, sementara 44% lainnya tidak mengetahui.

Mereka yang mengetahui Pemilu 2024 lalu ditanya soal kesetujuan mereka terhadap pelaksanaan Pemilu 2024. Dari pertanyaan tersebut, diperoleh angka responden sebanyak 73,1%. Sementara itu, ada 24,6% responden yang menyatakan tidak setuju terhadap pelaksanaan Pemilu 2024, sedangkan 2,3% responden tidak tahu/tidak menjawab.

“Pada masyarakat yang mengetahui pelaksanaan Pemilu pada 2024 mendatang, mayoritas menyatakan setuju dengan pelaksanaan perhelatan tersebut,” tertulis dalam paparan rilis survei dari Charta Politika, dikutip Kamis (14/4/2022).

Diketahui, survei tersebut dilakukan pada 14-19 Februari 2022. Survei menggunakan multistage random sampling dengan jumlah sampel di Provinsi Jateng sebesar 1.090 Responden. Survei dilaksanakan melalui wawancara tatap muka dengan protokol kesehatan yang ketat, dan margin of error +/- 2,97%.

 

Sumber: Beritasatu.com
Oleh : Muhammad Aulia / FFS
Foto: Antara

Survei Charta Politika: Gibran Rakabuming Calon Gubernur Jawa Tengah Terkuat

TEMPO.CO, Jakarta – Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka menempati posisi pertama dalam survei Charta Politika soal elektabilitas calon Gubernur Jawa Tengah. Meskipun demikian, masih banyak masyarakat yang belum menentukan pilihannya.

Gibran mengalahkan nama-nama lainnya untuk menjadi pengganti Ganjar Pranowo yang tak lagi dapat mencalonkan diri karena telah menjabat selama dua periode. Dalam rilis yang diterima Tempo, Gibran mendapatkan elektabilitas sebesar 28,5 persen. Dia bahkan mengalahkan Wakil Gubernur Jawa Tengah saat ini, Taj Yasin Maimoen, yang hanya memiliki elektabilitas 11,3 persen. Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi berada di posisi ketiga.

“Dalam simulasi calon Gubernur Jawa Tengah, nama Gibran Rakabuming Rakamenduduki peringkat pertama dengan 28,5 persen masyarakat yang memilih namanya. Sementara nama selanjutnya adalah Taj Yasin Maimoen yang merupakan Wakil Gubernur Jawa Tengah saat ini dengan 11,3 persen. Sementara di urutan ketiga ada Hendrar Prihadi (Hendi) dengan 6 persen,” tulis rilis tersebut.

Hasil lengkap elektabilitas calon Gubernur Jawa Tengah versi Charta Politika:

1. Gibran Rakabuming Raka – 28,5 persen
2. Taj Yasin Mamimoen – 11,3 persen
3. Hendrar Prihadi (Hendi) – 6 persen
4. FX Hadi Rudyatmo – 3,7 persen
5. Sudirman Said – 3,6 persen
6. Achmad Husein – 3,4 persen
7. Rustriningsih – 2,2 persen
8. Komjen Condro Kirono – 1,7 persen
9. Lainnya – 2,7 persen
10. Tidak Tahu / Tidak Menjawab – 37 persen

 

Reporter: Fajar Pebrianto
Editor: Febriyan
Foto: ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha

Rilis Survei Preferensi Sosial dan Politik Masyarakat di Provinsi Jawa Tengah, Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Timur Tahun 2022

Rilis Survei Charta Politika Indonesia kali ini mencoba membaca perilaku dan pilihan masyarakat terkait :
1. Kepuasan publik terhadap kinerja Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi
2. Pengetahuan Pelaksanaan Pemilu 2024
3. Elektabilitas pemilihan Gubernur, Presiden dan Partai Politik.

Survei di Provinsi Jawa Tengah dilakukan pada tanggal 14 – 19 Februari 2022, Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tanggal 4 – 12 Maret 2022.

Survei dilakukan melalui wawancara tatap muka secara langsung dengan menggunakan kuesioner terstruktur dengan protokol kesehatan yang ketat. Metodologi yang digunakan adalah metode acak bertingkat (multistage random sampling) pada tingkat kepercayaan 95%.

 

Klik tautan untuk mengunduh:

202204_Rilis NTT (1)

202204_Rilis Survei Kalimantan Timur

202204_Rilis Jawa Tengah_