Hasil Rilis Survei Nasional Kondisi Sosial Politik dan Peta Elektoral Pasca Kenaikan Harga BBM

Survei dilakukan pada tanggal 6 – 13 September 2022, melalui wawancara tatap muka secara langsung dengan
menggunakan kuesioner terstruktur. Jumlah sampel sebanyak 1220 responden, yang tersebar di 34 Provinsi.

Metodologi yang digunakan adalah metode acak bertingkat (multistage random sampling) dengan margin of
error ±(2.82%) pada tingkat kepercayaan 95%.

Pada survei ini juga menyajikan tren dari beberapa survei nasional yang pernah dilakukan Charta Politika Indonesia sebelumnya.

Klik tautan untuk mengunduh:

202209_Rilis Pers Survei Sept

20220922_Rilis Surnas Sep 2022

Sebut Pemilu 2024 Berpotensi Tak Jujur, SBY Dinilai Mulai “Perang Terbuka” dengan Rezim Jokowi

JAKARTA, KOMPAS.com – Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menilai, Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) hendak mengkritik pemerintahan Presiden Joko Widodo lewat pernyataannya soal tanda-tanda Pemilu 2024 tidak jujur.

Menurut Yunarto, Demokrat sedang memulai “perang terbuka” dengan rezim pemerintah kini. “Buat saya ini laksana sebuah gong yang dipukul oleh Partai Demokrat untuk menyatakan perang terbuka secara politik dengan rezim Jokowi,” kata Yunarto kepada Kompas.com, Senin (19/9/2022).

Dugaan Yunarto ini bukan tanpa alasan. Sebabnya, pernyataan SBY disampaikan berdekatan dengan serangkaian kritik yang dilemparkan Ketua Umum Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), terhadap pemerintahan Jokowi.

Dalam momen Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Demokrat yang digelar Kamis (15/9/2022), AHY mengeklaim kepemimpinan Sang Ayah lebih baik dibanding rezim Jokowi dalam berbagai aspek.

Oleh karenanya, serangan yang disampaikan bapak-anak partai oposisi ini boleh jadi bertujuan untuk memulai “pertempuran” dengan pemerintahan kini.

“Inilah positioning politik yang memang diambil oleh mereka di 2024,” ujar Yunarto.

Namun begitu, Yunarto menilai, pernyataan SBY juga bagian dari politik melankolis yang menjadi gaya dari Presiden ke-6 RI itu sejak dulu.

Sejak menjadi oposisi, kata Yunarto, SBY kerap membuat pernyataan dan sikap yang cenderung bernada muram dan terkesan dizalimi. Ini bertujuan untuk mendapat simpati publik.

“Ini memang gaya melankolis SBY yang sudah menjadi karakter pimpinannya,” ujarnya.

Lebih jauh, Yunarto berpendapat, ucapan SBY juga bisa ditafsirkan berkaitan dengan pernyataan Anies Baswedan baru-baru ini soal kesiapannya maju sebagai calon presiden pada Pemilu 2024.

Selama ini, Gubernur DKI Jakarta itu menjadi salah satu figur simbol kelompok yang berseberangan dengan Jokowi.

Belakangan, nama Anies digadang-gadang bakal dicalonkan sebagai presiden. Dia disebut-sebut berpotensi diusung oleh Demokrat, Partai Nasdem, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Oleh karenanya, menurut Yunarto, tak menutup kemungkinan pernyataan SBY itu digulirkan sebagai sinyal dukungan Demokrat buat pecalonan Anies.

“Jadi mungkin saja ini sebuah kesamaan sikap yang mungkin saja berujung menjadi sebuah koalisi untuk mendukung Anies,” kata dia.

Sebelumnya diberitakan, SBY mengaku mendengar kabar ada tanda-tanda bahwa Pemilu 2024 akan diselenggarakan dengan tidak jujur dan adil. Karena adanya informasi tersebut, SBY mengatakan harus turun gunung.

“Para kader, mengapa saya harus turun gunung menghadapi Pemilihan Umum 2024 mendatang? Saya mendengar, mengetahui, bahwa ada tanda-tanda Pemilu 2024 bisa tidak jujur dan tidak adil,” kata SBY saat berpidato di acara Rapat Pimpinan Nasional Partai Demokrat, Kamis (15/9/2022).

SBY menyebutkan bahwa berdasarkan informasi yang ia terima, Pilpres 2024 akan diatur sehingga hanya diikuti oleh dua pasangan calon presiden dan wakil presiden.

“Konon, akan diatur dalam Pemilihan Presiden nanti yang hanya diinginkan oleh mereka dua pasangan capres dan cawapres saja yang dikehendaki oleh mereka,” ujar SBY.

Namun demikian, SBY tidak menjelaskan siapa pihak yang ia maksud sebagai “mereka”.

“Informasinya, Demokrat sebagai oposisi jangan harap bisa mengajukan capres-cawapresnya sendiri, bersama koalisi tentunya. Jahat bukan? Menginjak-injak hak rakyat bukan” kata mantan Ketua Umum Partai Demokrat itu.

Fitria Chusna Farisa
Foto : KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO
Sumber : https://bit.ly/3BwOZxS

Elektabilitas Anies dan Ganjar Berpeluang Terus Meningkat

Jakarta, Beritasatu.com – Ada tiga tokoh nasional yang memiliki tingkat elektabilitas signifikan dalam konteks menjelang Pemilu 2024 berdasarkan hasil rilis sejumlah lembaga survei. Tiga tokoh tersebut yakni Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto. Terkait hal itu, elektabilitas Anies serta Ganjar dipandang masih berpeluang untuk terus meningkat.

Demikian disampaikan oleh Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya pada acara News On The Spot yang disiarkan Beritasatu TV dengan tajuk “Peluang Ganjar dan Anies di 2024.”

“Betul bahwa kalau ada anggapan siapa yang masih berpeluang naik elektabilitasnya, siapa yang berpeluang stagnan di antara ketiga nama itu, betul saya ingin mengatakan bahwa peluang Mas Ganjar dengan Mas Anies itu lebih tinggi dibanding Pak Prabowo untuk bisa mengalami growth,” kata Yunarto di acara tersebut, dikutip pada akun Youtube BeritaSatu, Sabtu (17/9/2022).

Pandangan Yunarto tersebut berdasarkan pada temuan bahwa tingkat pengenalan Prabowo di publik sudah mencapai angka maksimal. Dia mengungkapkan, terdapat sebuah rumus untuk memahami elektabilitas seseorang. Rumus tersebut bermula dari tingkat pengenalan, kesukaan, lalu elektabilitas.

Dari yang Yunarto rangkum berdasarkan rilis sejumlah lembaga survei, tingkat pengenalan Prabowo sudah di atas 95%, sementara Anies berada di kisaran 87%-89%, sedangkan Ganjar di sekitar angka 74%-78%. Dia menuturkan, ketika masa kampanye dimulai, tingkat pengenalan ketiganya dari sebelumnya jomplang akan setara satu sama lain karena bakal diumumkan ke seluruh Indonesia sosok-sosok yang menjadi calon presiden (capres).

“Biasanya yang tingkat pengenalannya sekarang di survei rendah, itu kemudian akan naik dan otomatis elektabilitas juga mungkin naik. Dilihat dari sisi itu memang peluang dari Mas Anies dan Mas Ganjar untuk menaikkan elektabilitasnya itu masih lebih ada ruang gerak dibandingkan dengan Pak Prabowo,” tutur Yunarto.

Hanya saja, Yunarto menekankan elektabilitas seseorang tidak hanya mengacu pada apa yang dia paparkan tersebut. Dia menjelaskan, terdapat variabel-variabel lainnya yang turut menentukan elektabilitas seseorang.

“Teorinya seperti itu walaupun ada variabel-variabel lain yang akan menentukan berapa jumlah partai yang akan bekerja secara politik, berapa banyak relawan, termasuk efektivitas dari melakukan kampanye,” ucap Yunarto.

Oleh : Muhammad Aulia / WM
Foto : Istimewa
Sumber : https://bit.ly/3UksKE2