Kesimpulan Hasil Quick Count Charta Politika: Jokowi Memenangi Pilpres 2019

 

Liputan6.com, Jakarta – Proses hasil hitung cepat atau quick count Pilpres 2019 yang dilakukan Charta Politika telah mencapai 99,85% data yang masuk. Berdasarkan data itu, Charta Politika menyimpulkan pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin akan memenangi Pilpres 2019.

Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya mengungkap, berdasarkan hasil quick countlembaganya, Jokowi-Ma’ruf Amin memperoleh suara 54,66% mengungguli pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang memperoleh 45,34%.

“Selisih antara kedua pasangan adalah sebesar 9,32%. Hal ini melampaui margin of error sebesar +/-1%. Dengan demikian, dapat diperkirakan bahwa pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin akan memenangkan Pilpres 2019 ini,” kata Yunarto dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Selasa (23/4/2019).

Menurut dia, proses updating data quick count akan terus dilakukan seiring dengan adanya penambahan data masuk. “Akan tetapi, apabila dilihat dari grafik stabilitas suara, penambahan data masuk tidak akan menimbulkan perubahan signifikan terhadap hasil quick count secara keseluruhan,” ujar Yunarto.

Metodologi Quick Count

Populasi quick count Charta politika merupakan seluruh pemilih di seluruh TPS (tempat pemungutan suara). Sampel yang digunakan sebanyak 2.000 TPS dipilih secara acak dari total populasi TPS (809.497) di seluruh Indonesia secara proporsional.

Dengan sampel sebesar 2.000 TPS, tingkat kepercayaan quick count sebesar 99% dengan toleransi kesalahan (margin of error) sebesar +/- 1%. Artinya, perolehan suara kandidat dari hasilquick count ini bisa bergeser ke atas atau ke bawah hingga sebesar 1%.

Metode penarikan sampel dipilih dengan metode stratified-cluster random sampling dari populasi tersebut. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menyebar 2.000 relawan di 2.000 TPS terpilih.

Setiap relawan memonitor pemungutan suara sejak dibukanya TPS sampai penghitungan suara. Hasil penghitungan suara(C1) dikirim kepusat data, kemudian data ditabulasi dan ditampilkan secara real time.

Survei Charta Politika: Ahok-Djarot Ungguli Anies-Sandi

Hasil survei Charta Politika menunjukkan pasangan Ahok-Djarot unggul atas Anies-Sandi. Survei dilakukan terhadap 782 responden dari 1.000 orang yang direncakanan.

Ahok-Djarot meraup dukungan dari 47,3 persen responden dan Anies-Sandi sebanyak 44,8 persen. Selanjutnya sebanyak 7,9 persen responden tidak menjawab atau belum menentukan pilihan. Survei dilakukan terhadap 782 responden dari 1.000 orang yang direncakanan.

Survei dilakukan sejak 7 hingga 12 April 2017 dengan wawancara tatap muka dan kuesioner terstruktur. Margin of Error dalam survei mencapai plus-minus 3,5 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

Sumber : Beritasatu.tv

Charta Politika: Pilkada DKI Pertarungan Emosi dan Rasio

Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia menyebut pilkada DKI Jakarta sebagai pertarungan antara sisi emosional dan rasional. Sebab, ada dua kubu pemilih yang sangat menonjol perbedaannya.

Yunarto menyebut tingkat kepuasan terhadap pasangan inkumben yang tinggi biasanya diikuti dengan tingginya elektabilitas. Namun hal ini tidak terjadi pada pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Syaiful Hidayat. “Ada faktor primordial, faktor karakter Ahok yang kemudian membuat elektabilitas Ahok tidak setinggi tingkat kepuasan,” kata dia di kantornya, Sabtu, 15 April 2017.

Menurut Yunarto, ketidaksukaan pemilih terhadap karakter Ahok lantas dimanfaatkan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Di mata masyarakat, pasangan ini dinilai ramah, santun, dan terlebih memiliki agama yang sama dengan mayoritas masyarakat Jakarta.

Ahok, kata Yunarto, walaupun karakternya tidak sebaik Anies-Sandi tapi kinerjanya menjadi faktor yang menguatkan. “Itu yang menurut saya bisa jadi tema pilkada kali ini. Pertarungan sisi emosi dan rasional,” ujarnya.

Yunarto mengatakan meski kebanyakan pemilih Jakarta sangat rasional, tapi sisi emosional tak bisa dinafikkan. Di negara maju seperti Amerika Serikat pun, sisi emosional masih bisa mempengaruhi.

Ia mencontohkan adanya penentangan terhadap Barack Obama oleh beberapa masyarakat. Selain itu juga ketidaksukaan terhadap terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika. “Faktor ketidaksukaan terhadap Donald Trump bukan karena programnya, tapi gaya bicaranya, karakternya.”

Yunarto berkesimpulan bahwa faktor emosional sangat wajar ada di setiap pemilihan. Menurut dia, faktor ini bisa menjadi parameter sikap asli para pemilih. “Kita bisa menguji apakah pemilih di Jakarta semi rasional atau apakah memang semua sudah rasional.”

20 Persen Pemilih DKI Bisa Berubah Pilihan

Terdapat 20 persen pemilih yang masih mungkin mengubah pilihannya di ajang Pilkada DKI Jakarta. Hal itu terungkap dalam survei terbaru dari Charta Politika yang dirilis hari ini, Sabtu (11/2), atau empat hari menjelang pemungutan suara 15 Februari.

Charta Politika melakukan pengumpulan data survei pada 3 sampai 8 Februari 2017. Survei melibatkan 764 pemilih di Pilkada DKI yang dipilih secara acak (probability sampling) dari lima wilayah kota Jakarta.

Data survei diambil melalui wawancara tatap muka (face to face interview) dengan menggunakan kuesioner terstruktur (structured interview). Tingkat kesalahan (margin of error) dalam survei ini plus minus 3,5 persen dan tingkat kepercayaan hingga 95 persen.

“Sebanyak 74,5% responden menyatakan bahwa pilihannya sudah mantap di dalam menentukan pilihan kandidat Gubernur / Wakil Gubernur Provinsi DKI. Responden yang menyatakan Masih Mungkin Berubah sebanyak 20,0%,” demikian rilis hasil survei Charta Politika.

Perubahan pilihan disebabkan oleh faktor pengaruh lingkungan (9,3 persen), visi-misi dan program kerja yang lebih baik (27,7 persen), faktor uang (1,4 persen), dan faktor lain (0,5 persen).

Ahok-Djarot Unggul

Terkait elektabilitas calon gubernur, survei Charta Politika mengajukan pertanyaan: seandainya Pilkada DKI Jakarta dilaksanakan hari ini, siapa yang akan Bapak/Ibu/Saudara pilih sebagai Gubernur DKI Jakarta untuk lima tahun yang akan datang?

Hasilnya, 34,3 persen responden memilih Basuki Tjahaja Purnama, diikuti Anies Baswedan 28,5 persen dan Agus Harimurti Yudhoyono 19,0 persen. Sisanya, 18,0 persen responden memilih tidak menjawab atau tidak tahu.

Untuk pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur, survei Charta Politika mengajukan pertanyaan: apabila Pilkada DKI dilaksanakan hari ini dan diikuti ketiga pasangan calon berikut, pasangan manakah yang Bapak/Ibu/Saudara akan pilih?

Dari pertanyaan itu, Ahok-Djarot dipilih oleh 39,0 persen responden, unggul jauh dari pasangan Agus-Sylvi yang dipilih oleh 21,3 persen responden. Sementara pasangan Anies-Sandiaga dipilih oleh 31,9 persen responden dengan 7,8 persen responden yang tidak menjawab atau tidak tahu. (wis/sur)

Prediksi Hasil Akhir Pilkada DKI Jakarta 15 Februari 2017

Prediksi Hasil Akhir Pilkada DKI Jakarta 15 Februari 2017

Charta Politika Indonesia menyelenggarakan survey preferensi politik masyarakat DKI Jakarta menjelang
pemilihan Gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022. Pengumpulan data dilakukan pada
tanggal 3–8 Februari 2017 melalui wawancara tatap muka dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Jumlah
sampel sebanyak 764 responden dari 800 yang direncanakan, yang tersebar di lima wilayah kota administrasi
(Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, dan Jakarta Timur).

Survei ini menggunakan metode

acak bertingkat (multistage random sampling) dengan margin of error ± (3,5%) pada tingkat kepercayaan 95%.
Dalam survey ini, Charta Politika menemukan beberapa temuan menarik. Pertama, (70.5%)
masyarakat mengaku puas terhadap kinerja pemprov DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Basuki
Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat.

 




Ahok leads with 39 percent support: Charta Politika

Another survey shows that gubernatorial candidate and incumbent Jakarta Governor Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama and his running mate Jakarta Deputy Governor Djarot Saiful Hidayat have bounced back to regain the lead in the Jakarta gubernatorial election.

Jakarta-based pollster Charta Politika, which conducted the survey from Feb. 3 to Feb. 8, shows that 39 percent of respondents said they would vote for Ahok-Djarot, while 31.9 percent favored Anies Baswedan-Sandiaga Uno.

The third ticket, Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, came in last with 21.3 percent support.

“As many as 7.8 percent of respondents said they still didn’t know [who to vote for],” Charta Politika executive director Yunarto Wijaya said in a press conference at his office in South Jakarta on Saturday as quoted by Kompas

The survey involved 764 respondents spread across Jakarta’s five municipalities.

Charta Politika Indonesia: Ahok-Djarot paling unggul saat debat

Hasil survei Charta Politika Indonesia menyebutkan calon gubernur (cagub) dan calon wakil gubernur (cawagub) nomor urut dua Basuki Tjahaja Purnama ( Ahok)- Djarot Saiful Hidayat sebagai pasangan yang paling diunggulkan saat debat cagub-cawagub pada Jumat (13/1) lalu dengan elektabilitas mencapai 40,5 persen.

Sedangkan cagub-cawagub nomor urut tiga Anies Baswedan- Sandiaga Uno berada di posisi kedua dengan 25,2 persen dan cagub-cawagub nomor urut satu Agus Harimurti Yudhoyono- Sylviana Murni berada di urutan paling buncit dengan elektabilitas 24,3 persen.

“Secara keseluruhan, pasangan Ahok-Djarot dinilai yang paling unggul dalam debat pertama 40,5 persen. Kemudian urutan kedua adalah pasangan Anies-Sandi 25,2 persen dan pasangan Agus-Sylvi berada di urutan terakhir 24,3 persen,” kata Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, saat jumpa pers survei bertajuk ‘Peta Elektoral Cagub dan Cawagub DKI Jakarta Jelang Pencoblosan‘ di Kantor Charta Politika Indonesia, Jalan Cisanggiri III, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (1/2).

Yunarto menuturkan, dari hasil survei yang dilakukan, Ahok-Djarot juga dinilai sebagai pasangan yang paling baik dalam hal visi misi dan program kerjanya.

“Pasangan Ahok-Djarot dinilai yang paling baik dalam menyampaikan visi, misi dan program kerja (dengan elektabilitas) 40,1 persen. Kemudian pasangan Anies-Sandi 28,2 persen, dan Agus-Sylvi 24,9 persen,” tambahnya.

“Masyarakat semakin aware. Ada penilaian tersendiri, Ahok dianggap berimbang dengan Anies dalam program, Agus terlemah dalam program,” sambungnya.

Tidak hanya itu, lanjutnya, pasangan petahana juga mendapat respon positif dalam memberikan solusi atas permasalahan yang terjadi di Ibu Kota dengan elektabilitas 34,2 persen. Disusul Anies-Sandi 32,3 persen dan Agus-Sylvi 29,5 persen. Sedangkan 4,0 persen responden tidak menjawab.

“Pasangan Ahok-Djarot juga dinilai yang paling baik dalam memberikan solusi atas permasalahan di DKI,” imbuhnya.

Lembaga survei Charta Politika Indonesia melakukan survei preferensi politik masyarakat DKI Jakarta, dimana pengumpulan data dilakukan pada tanggal 17-24 Januari 2017 melalui wawancara tatap muka dengan menggunakan kuesioner terstruktur.

Jumlah sampel sebanyak 767 responden yang tersebar di seluruh wilayah Provinsi DKI Jakarta. Survei ini menggunakan metode multistage random sampling dengan margin of error +- 3,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen..

Merdeka.com

Charta Politika: Ahok-Djarot Unggul di Semua Wilayah

Jelang Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2017, lembaga survei Charta Politika merilis hasil survei yang digelar pada 17-24 Januari 2017. Hasilnya, pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Syaiful Hidayat (Ahok-Djarot) unggul di semua wilayah dan kemenangan terbesar pasangan ini terletak di wilayah Jakarta Barat dan Kepulauan Seribu.

“Semua daerah hampir merata, Ahok unggul. Jakarta Barat tinggi, saya kira ini basis Ahok. Dan Kepulauan Seribu, walau responden kami kecil di sana, tapi 50 persen responden memilih Ahok,” jelas Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya dalam rilis hasil survei, Rabu (1/2).

Survei bertajuk “Peta Elektoral Cagub dan Cawagub DKI Jakarta Jelang Pencoblosan” ini memiliki sampel sebanyak 767 responden yang tersebar di lima wilayah kota administrasi (Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, dan Jakarta Timur) dan satu kepulauan yakni Kepulauan Seribu.

Untuk tren elektabilitas, Yunarto mengatakan, bila dibandingkan dengan survei pada November 2016, pasangan calon Agus-Sylvi mengalami penurunan tajam (29,5 persen menjadi 25,9 persen), Ahok-Djarot meningkat tajam (28,9 persen menjadi 36,8 persen), dan Anies-Sandi stagnan (26,7 persen menjadi 27 persen).

“Kami lihat, undecided voters mengalami penurunan, dari 14,9 persen menjadi 10,3 persen. Makin dekat pemilihan undecided voters menurun,” tambah Yunarto.

Berdasarkan survei, ia melanjutkan, sebanyak 199 responden memilih pasangan caon nomor satu karena tegas, program kerjanya, dan ganteng. Sebanyak 282 responden memilih Ahok-Djarot mayoritas karena kinerja yang bagus dan tegas. Sedangkan, Anies-Sandi dipilih oleh 207 responden karena baik, program kerja menarik dan pintar.

Sementara itu, debat berpengaruh besar terhadap elektabilitas pasangan calon. Menurut Yunarto, debat dan elektabilitas memiliki korelasi yang linear.

“Pengaruh cukup besar dari pandangan masyarakat Jakarta terhadap kemampuan pasanga calon (lewat debat), (debat) berpengaruh pada pilihan mereka,” katanya.

Secara keseluruhan, pasangan calon Ahok-Djarot unggul dalam debat kedua pada 13 Januari (40,5 persen) disusul Anies-Sandi (25,2 persen) dan Agus-Sylvi (24,3 persen).

“Pasangan yang paling baik dalam visi misi dan program kerja (adalah) Ahok, yang paling baik memberikan solusi juga Ahok,” tambah Yunarto. (obs)

Charta Politika: Agus-Sylvi 25,9%, Ahok-Djarot 36,8%, Anies-Sandi 27%

Hasil survei yang dilakukan Charta Politika memperlihatkan bahwa cagub-cawagub DKI Jakarta nomor pemilihan satu, Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, memiliki elektabilitas 25,9 persen.

Kemudian, cagub-cawagub nomor pemilihan dua, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat, memiliki elektabilitas 36,8 persen, dan pasangan nomor pemilihan tiga, Anies Baswedan-Sandiaga Uno, memiliki elektabilitas 27,0 persen.

Responden yang belum menentukan pilihannya (undecided voters) sebanyak 10,3 persen. Survei ini dilakukan pada 17-24 Januari 2017.

“Ahok-Djarot di peringkat pertama, nomor dua ada Anies-Sandi, dan nomor tiga Agus-Sylvi. Selisih antara Anies dan Agus masih dalam margin of error, belum bisa disimpulkan siapa yang unggul,” ujar Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya.

Yunarto menjelaskan hal tersebut saat merilis hasil survei di Kantor Charta Politika, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (1/2/2017).

Elektabilitas ketiga pasangan cagub-cawagub DKI Jakarta dalam survei teranyar Charta Politika ini berbanding lurus dengan elektabilitas ketiga calon gubernur, tanpa cawagubnya.

Elektabilitas Agus sebesar 22,5 persen, Ahok 31,0 persen, dan Anies 23,5 persen.

Bila dibandingkan dengan survei pada November 2016 yang dilakukan Charta Politika, Yunarto menyebut ada penurunan elektabilitas Agus-Sylvi dan peningkatan elektabilitas Ahok-Djarot.

Dalam survei Charta Politika pada November 2016 itu, elektabilitas Agus-Sylvi 29,5 persen, Ahok-Djarot 28,9 persen, dan Anies-Sandi 26,7 persen.

“Kita lihat ada penurunan tajam Agus-Sylvi, Ahok-Djarot ada peningkatan tajam, Anies-Sandi sebetulnya stagnan. Tapi karena penurunan cukup tajam dari Agus-Sylvi, jadi Agus-Sylvi dari peringkat satu jadi peringkat tiga, Anies-Sandi dari tiga menjadi dua,” kata Yunarto.

Survei Charta Politika ini dilakukan dengan wawancara tatap muka terhadap 767 responden di enam wilayah di Jakarta. Metode penelitian yang digunakan yakni multistage random sampling dengan margin of error lebih kurang 3,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Survei ini dibiayai menggunakan dana internal Charta Politika. Lihat Video

Kompas.com

Charta Politika: Elektabilitas Ahok-Djarot melesat, Agus-Sylvi turun

Lembaga survei Charta Politika Indonesia kembali merilis hasil survei preferensi politik warga DKI Jakarta menjelang pemilihan gubernur (pilgub) 15 Februari 2017. Survei dilakukan dengan teknik pengumpulan pada 17-24 Januari 2017 melalui wawancara tatap muka dengan menggunakan kuesioner terstruktur.

Jumlah sampel sebanyak 767 responden yang tersebar di seluruh wilayah Provinsi DKI Jakarta. Survei ini menggunakan metode multistage random sampling dengan margin of error kurang lebih 3,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Hasilnya, elektabilitas pasangan calon gubernur (cagub) dan calon wakil gubernur (cawagub) DKI Jakarta nomor urut dua Basuki Tjahaja Purnama ( Ahok)- Djarot Saiful Hidayat berada di posisi puncak dengan elektabilitas 36,8 persen. Di posisi kedua, cagub-cawagub nomor urut tiga Anies Baswedan- Sandiaga Uno yang cenderung stagnan di angka 27 persen.

Sementara itu, elektabilitas cagub-cawagub nomor urut satu Agus Harimurti Yudhoyono- Sylviana Murni cenderung turun dengan 25,9 persen. Sedangkan 10,3 persen pemilih belum menentukan pilihannya.

“Tren elektabilitas Ahok (sapaan Basuki) meningkat tajam dan Agus sebaliknya cenderung turun. Sementara elektabilitas Anies cenderung stagnan,” jelas Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya di hadapan awak media, Rabu (1/2).

Menurut Yunarto, tren elektabilitas Ahok-Djarot terus meningkat dibandingkan hasil survei Charta Politika Indonesia sebelumnya pada November 2016. Saat itu elektabilitas Ahok-Djarot berada di angka 28,9 persen. Ini berbanding terbalik dengan elektabilitas Agus-Sylvi yang kian menurun dari hasil survei pada November 2016 yang berada di angka 29,5 persen.

“Suara Ahok meningkat dari undecided voters. Penurunan elektabilitas Agus (disebabkan oleh dukungan) yang beralih ke Ahok,” ucap Yunarto.

Sedangkan elektabilitas Anies-Sandiaga cenderung stagnan di mana pada bulan November 2016 keduanya berada di angka 26,7 persen. Sementara sebanyak 14,9 persen pemilih belum menentukan pilihannya saat itu.

“(Ketika) sidang Ahok dimulai apakah (dinilai adanya) kemunduran. (Namun) pada saat sidang berjalan, ketika diuji lebih lanjut, jalannya sidang tidak membuat (elektabilitas) Ahok menurun,” ujarnya.

Yunarto menuturkan, jika pencoblosan dilaksanakan hari ini, pilgub DKI Jakarta berpotensi terjadi dua putaran. Sebab elektabilitas pasangan calon (paslon) belum ada yang mencapai 50 persen plus satu.

“Hal ini menunjukan, seandainya pilkada gubernur DKI Jakarta dilaksanakan hari ini, berpotensi terjadi dua putaran. Karena perolehan elektabilitas masing-masing calin masih di bawah 50 persen plus satu,” kata dia.

Merdeka.com