Ahok leads with 39 percent support: Charta Politika

Another survey shows that gubernatorial candidate and incumbent Jakarta Governor Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama and his running mate Jakarta Deputy Governor Djarot Saiful Hidayat have bounced back to regain the lead in the Jakarta gubernatorial election.

Jakarta-based pollster Charta Politika, which conducted the survey from Feb. 3 to Feb. 8, shows that 39 percent of respondents said they would vote for Ahok-Djarot, while 31.9 percent favored Anies Baswedan-Sandiaga Uno.

The third ticket, Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, came in last with 21.3 percent support.

“As many as 7.8 percent of respondents said they still didn’t know [who to vote for],” Charta Politika executive director Yunarto Wijaya said in a press conference at his office in South Jakarta on Saturday as quoted by Kompas

The survey involved 764 respondents spread across Jakarta’s five municipalities.

Charta Politika Indonesia: Ahok-Djarot paling unggul saat debat

Hasil survei Charta Politika Indonesia menyebutkan calon gubernur (cagub) dan calon wakil gubernur (cawagub) nomor urut dua Basuki Tjahaja Purnama ( Ahok)- Djarot Saiful Hidayat sebagai pasangan yang paling diunggulkan saat debat cagub-cawagub pada Jumat (13/1) lalu dengan elektabilitas mencapai 40,5 persen.

Sedangkan cagub-cawagub nomor urut tiga Anies Baswedan- Sandiaga Uno berada di posisi kedua dengan 25,2 persen dan cagub-cawagub nomor urut satu Agus Harimurti Yudhoyono- Sylviana Murni berada di urutan paling buncit dengan elektabilitas 24,3 persen.

“Secara keseluruhan, pasangan Ahok-Djarot dinilai yang paling unggul dalam debat pertama 40,5 persen. Kemudian urutan kedua adalah pasangan Anies-Sandi 25,2 persen dan pasangan Agus-Sylvi berada di urutan terakhir 24,3 persen,” kata Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, saat jumpa pers survei bertajuk ‘Peta Elektoral Cagub dan Cawagub DKI Jakarta Jelang Pencoblosan‘ di Kantor Charta Politika Indonesia, Jalan Cisanggiri III, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (1/2).

Yunarto menuturkan, dari hasil survei yang dilakukan, Ahok-Djarot juga dinilai sebagai pasangan yang paling baik dalam hal visi misi dan program kerjanya.

“Pasangan Ahok-Djarot dinilai yang paling baik dalam menyampaikan visi, misi dan program kerja (dengan elektabilitas) 40,1 persen. Kemudian pasangan Anies-Sandi 28,2 persen, dan Agus-Sylvi 24,9 persen,” tambahnya.

“Masyarakat semakin aware. Ada penilaian tersendiri, Ahok dianggap berimbang dengan Anies dalam program, Agus terlemah dalam program,” sambungnya.

Tidak hanya itu, lanjutnya, pasangan petahana juga mendapat respon positif dalam memberikan solusi atas permasalahan yang terjadi di Ibu Kota dengan elektabilitas 34,2 persen. Disusul Anies-Sandi 32,3 persen dan Agus-Sylvi 29,5 persen. Sedangkan 4,0 persen responden tidak menjawab.

“Pasangan Ahok-Djarot juga dinilai yang paling baik dalam memberikan solusi atas permasalahan di DKI,” imbuhnya.

Lembaga survei Charta Politika Indonesia melakukan survei preferensi politik masyarakat DKI Jakarta, dimana pengumpulan data dilakukan pada tanggal 17-24 Januari 2017 melalui wawancara tatap muka dengan menggunakan kuesioner terstruktur.

Jumlah sampel sebanyak 767 responden yang tersebar di seluruh wilayah Provinsi DKI Jakarta. Survei ini menggunakan metode multistage random sampling dengan margin of error +- 3,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen..

Merdeka.com

Charta Politika: Ahok-Djarot Unggul di Semua Wilayah

Jelang Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2017, lembaga survei Charta Politika merilis hasil survei yang digelar pada 17-24 Januari 2017. Hasilnya, pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Syaiful Hidayat (Ahok-Djarot) unggul di semua wilayah dan kemenangan terbesar pasangan ini terletak di wilayah Jakarta Barat dan Kepulauan Seribu.

“Semua daerah hampir merata, Ahok unggul. Jakarta Barat tinggi, saya kira ini basis Ahok. Dan Kepulauan Seribu, walau responden kami kecil di sana, tapi 50 persen responden memilih Ahok,” jelas Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya dalam rilis hasil survei, Rabu (1/2).

Survei bertajuk “Peta Elektoral Cagub dan Cawagub DKI Jakarta Jelang Pencoblosan” ini memiliki sampel sebanyak 767 responden yang tersebar di lima wilayah kota administrasi (Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, dan Jakarta Timur) dan satu kepulauan yakni Kepulauan Seribu.

Untuk tren elektabilitas, Yunarto mengatakan, bila dibandingkan dengan survei pada November 2016, pasangan calon Agus-Sylvi mengalami penurunan tajam (29,5 persen menjadi 25,9 persen), Ahok-Djarot meningkat tajam (28,9 persen menjadi 36,8 persen), dan Anies-Sandi stagnan (26,7 persen menjadi 27 persen).

“Kami lihat, undecided voters mengalami penurunan, dari 14,9 persen menjadi 10,3 persen. Makin dekat pemilihan undecided voters menurun,” tambah Yunarto.

Berdasarkan survei, ia melanjutkan, sebanyak 199 responden memilih pasangan caon nomor satu karena tegas, program kerjanya, dan ganteng. Sebanyak 282 responden memilih Ahok-Djarot mayoritas karena kinerja yang bagus dan tegas. Sedangkan, Anies-Sandi dipilih oleh 207 responden karena baik, program kerja menarik dan pintar.

Sementara itu, debat berpengaruh besar terhadap elektabilitas pasangan calon. Menurut Yunarto, debat dan elektabilitas memiliki korelasi yang linear.

“Pengaruh cukup besar dari pandangan masyarakat Jakarta terhadap kemampuan pasanga calon (lewat debat), (debat) berpengaruh pada pilihan mereka,” katanya.

Secara keseluruhan, pasangan calon Ahok-Djarot unggul dalam debat kedua pada 13 Januari (40,5 persen) disusul Anies-Sandi (25,2 persen) dan Agus-Sylvi (24,3 persen).

“Pasangan yang paling baik dalam visi misi dan program kerja (adalah) Ahok, yang paling baik memberikan solusi juga Ahok,” tambah Yunarto. (obs)

Charta Politika: Agus-Sylvi 25,9%, Ahok-Djarot 36,8%, Anies-Sandi 27%

Hasil survei yang dilakukan Charta Politika memperlihatkan bahwa cagub-cawagub DKI Jakarta nomor pemilihan satu, Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, memiliki elektabilitas 25,9 persen.

Kemudian, cagub-cawagub nomor pemilihan dua, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat, memiliki elektabilitas 36,8 persen, dan pasangan nomor pemilihan tiga, Anies Baswedan-Sandiaga Uno, memiliki elektabilitas 27,0 persen.

Responden yang belum menentukan pilihannya (undecided voters) sebanyak 10,3 persen. Survei ini dilakukan pada 17-24 Januari 2017.

“Ahok-Djarot di peringkat pertama, nomor dua ada Anies-Sandi, dan nomor tiga Agus-Sylvi. Selisih antara Anies dan Agus masih dalam margin of error, belum bisa disimpulkan siapa yang unggul,” ujar Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya.

Yunarto menjelaskan hal tersebut saat merilis hasil survei di Kantor Charta Politika, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (1/2/2017).

Elektabilitas ketiga pasangan cagub-cawagub DKI Jakarta dalam survei teranyar Charta Politika ini berbanding lurus dengan elektabilitas ketiga calon gubernur, tanpa cawagubnya.

Elektabilitas Agus sebesar 22,5 persen, Ahok 31,0 persen, dan Anies 23,5 persen.

Bila dibandingkan dengan survei pada November 2016 yang dilakukan Charta Politika, Yunarto menyebut ada penurunan elektabilitas Agus-Sylvi dan peningkatan elektabilitas Ahok-Djarot.

Dalam survei Charta Politika pada November 2016 itu, elektabilitas Agus-Sylvi 29,5 persen, Ahok-Djarot 28,9 persen, dan Anies-Sandi 26,7 persen.

“Kita lihat ada penurunan tajam Agus-Sylvi, Ahok-Djarot ada peningkatan tajam, Anies-Sandi sebetulnya stagnan. Tapi karena penurunan cukup tajam dari Agus-Sylvi, jadi Agus-Sylvi dari peringkat satu jadi peringkat tiga, Anies-Sandi dari tiga menjadi dua,” kata Yunarto.

Survei Charta Politika ini dilakukan dengan wawancara tatap muka terhadap 767 responden di enam wilayah di Jakarta. Metode penelitian yang digunakan yakni multistage random sampling dengan margin of error lebih kurang 3,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Survei ini dibiayai menggunakan dana internal Charta Politika. Lihat Video

Kompas.com

Charta Politika: Elektabilitas Ahok-Djarot melesat, Agus-Sylvi turun

Lembaga survei Charta Politika Indonesia kembali merilis hasil survei preferensi politik warga DKI Jakarta menjelang pemilihan gubernur (pilgub) 15 Februari 2017. Survei dilakukan dengan teknik pengumpulan pada 17-24 Januari 2017 melalui wawancara tatap muka dengan menggunakan kuesioner terstruktur.

Jumlah sampel sebanyak 767 responden yang tersebar di seluruh wilayah Provinsi DKI Jakarta. Survei ini menggunakan metode multistage random sampling dengan margin of error kurang lebih 3,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Hasilnya, elektabilitas pasangan calon gubernur (cagub) dan calon wakil gubernur (cawagub) DKI Jakarta nomor urut dua Basuki Tjahaja Purnama ( Ahok)- Djarot Saiful Hidayat berada di posisi puncak dengan elektabilitas 36,8 persen. Di posisi kedua, cagub-cawagub nomor urut tiga Anies Baswedan- Sandiaga Uno yang cenderung stagnan di angka 27 persen.

Sementara itu, elektabilitas cagub-cawagub nomor urut satu Agus Harimurti Yudhoyono- Sylviana Murni cenderung turun dengan 25,9 persen. Sedangkan 10,3 persen pemilih belum menentukan pilihannya.

“Tren elektabilitas Ahok (sapaan Basuki) meningkat tajam dan Agus sebaliknya cenderung turun. Sementara elektabilitas Anies cenderung stagnan,” jelas Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya di hadapan awak media, Rabu (1/2).

Menurut Yunarto, tren elektabilitas Ahok-Djarot terus meningkat dibandingkan hasil survei Charta Politika Indonesia sebelumnya pada November 2016. Saat itu elektabilitas Ahok-Djarot berada di angka 28,9 persen. Ini berbanding terbalik dengan elektabilitas Agus-Sylvi yang kian menurun dari hasil survei pada November 2016 yang berada di angka 29,5 persen.

“Suara Ahok meningkat dari undecided voters. Penurunan elektabilitas Agus (disebabkan oleh dukungan) yang beralih ke Ahok,” ucap Yunarto.

Sedangkan elektabilitas Anies-Sandiaga cenderung stagnan di mana pada bulan November 2016 keduanya berada di angka 26,7 persen. Sementara sebanyak 14,9 persen pemilih belum menentukan pilihannya saat itu.

“(Ketika) sidang Ahok dimulai apakah (dinilai adanya) kemunduran. (Namun) pada saat sidang berjalan, ketika diuji lebih lanjut, jalannya sidang tidak membuat (elektabilitas) Ahok menurun,” ujarnya.

Yunarto menuturkan, jika pencoblosan dilaksanakan hari ini, pilgub DKI Jakarta berpotensi terjadi dua putaran. Sebab elektabilitas pasangan calon (paslon) belum ada yang mencapai 50 persen plus satu.

“Hal ini menunjukan, seandainya pilkada gubernur DKI Jakarta dilaksanakan hari ini, berpotensi terjadi dua putaran. Karena perolehan elektabilitas masing-masing calin masih di bawah 50 persen plus satu,” kata dia.

Merdeka.com

Klarifikasi Charta Politika

Sejak ramainya postingan POTONGAN FOTO kuisioner survei Charta via twitter @AndiArief_AA Berikut ini poin-poin :

1.Bahwa benar @ChartaPolitika saat ini sedang melakukan survei Pilkada DKI Jakarta.

2.Metodologi yg digunakan multistage random sampling.

3.Survei hanya dilakukan di beberapa kecamatan terpilih & bukan merupkan survei provinsi DKI Jakarta secara menyeluruh.

4.Survei dilakukan untuk kebutuhan pemetaan data di kecamatan-kecamatan terpilih.

5.Kegiatan Survei yang kami lakukan dibekali izin resmi Kemendagri Pusat & Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPTSP) DKI Jakarta.

kla-1

6.POTONGAN FOTO kuisioner yg diposting @AndiArief_AA hasil perebutan paksa dari surveyor kami oleh Ketua RT Kelurahan Lebak Bulus.

7.POTONGAN FOTO oleh @AndiArief_AA jika dibaca lebih teliti tertulis, hanya ditanyakan kepada responden yang MEMILIH Basuki-Djarot.

8.Di pertanyaan selanjutnya, dilakukan pula pendalaman pertanyaan kepada responden pemilih selain Basuki-Djarot.

9.Pertanyaan seperti ini biasa dilakukan saat survey untuk menggali karakteristik pemilih masing-masing calon.

10.Yang membuat menjadi ramai, postingan POTONGAN FOTO oleh @AndiArief_AA tidak ditampilkan secara utuh.

11.Beberapa kali ada pihak yang ingin menjatuhkan kredibilitas survei Charta dengan mengedit data kami oleh pihak-pihak tertentu.

12.Hasil Survei Charta Pra Pileg 2014 & Pilkada Jakarta Maret 2016, juga pernah diedit demi kepentingan pihak tertentu.

kla-2

13.Sekian terkait postingan POTONGAN FOTO kuisioner Charta Politika.

https://twitter.com/ChartaPolitika 

Yunarto Wijaya: PDIP Masih Sangat Mungkin Mendukung Ahok

Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya melihat masih ada kemungkinan PDIP mendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di Pilgub DKI. Apa alasannya?

“Menurut saya PDIP masih paling mungkin mendukung Ahok, mengapa? Ada 2 alasan. Pertama, sudah tidak ada lagi perbedaan mendasar yang selama ini menjadi penghalang hubungan PDIP dengan Ahok, terkait dengan pilihan Ahok untuk maju melalui jalur independen. Toh sekarang Ahok sudah menyatakan diri memilih jalur partai,” kata Yunarto kepada detikcom, Senin (8/8/2016).

Hal itu yang sebelumnya jadi penghalang serius. Memang setelah Ahok memutuskan maju lewat parpol dengan diusung Golkar, NasDem, dan Hanura, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto sempat memberi sinyal positif.

“Yang menjadi faktor penghalang adalah faktor komunikasi ketika ada beberapa sikap dan statement Ahok yang mungkin dirasakan menyinggung sebagian struktur di PDIP yg harus bisa diselesaikan,” katanya.

Faktor kedua adalah Presiden Jokowi. Kenapa Jokowi? Karena Jokowi dinilai Yunarto tak akan membiarkan penerusnya berhadapan dengan PDIP. Ditambah fakta baru pengakuan Ahok yang maju Pilgub DKI lewat jalur parpol salah satunya karena saran dari Jokowi.

“Kedua, faktor Jokowi, saya tidak bisa membayangkan seorang Jokowi berpangku tangan melihat penerus posisi politiknya harus berhadap-hadapan degan partainya sendiri, dan pertarungan ini apabila didiamkan akan berpengaruh negatif (siapapun yang menang) bagi kedua sosok tadi (PDIP dan Jokowi), dalam menatap kepentingan 2019 nanti,” kata Yunarto.

Sumber : Detik.com

Dua Skenario Gerindra Pilih Sandiaga Jadi Cagub DKI

Partai Gerindra telah menjatuhkan pilihan pada Sandiaga Uno untuk menjadi calon gubernur DKI Jakarta pada Pilkada DKI 2017. Sandiaga dipilih oleh Ketua Umum DPP Gerindra, Prabowo Subianto, dari tiga nama yang disodorkan tim penjaringan Gerindra.

Dua nama lainnya adalah mantan Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin dan pakar hukum tata negara Yusril Izha Mahendra.

Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, Minggu (31/7/2016), melihat ada skenario di balik pemilihan Sandiaga. Menurut dia, ada dua skenario yang disiapkan Gerindra untuk Sandiaga. Secara garis besar, kata Yunarto, Gerindra ingin mengalahkan Gubernur petahana Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.

Skenario pertama adalah dengan mengajukan Sandiaga sebagai calon wakil gubernur bila berkoalisi dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Gerindra, kata Yunarto, sudah menujukkan gelagat tersebut lewat pernyataan beberapa kadernya seperti Ketua DPD Gerindra DKI Jakarta Muhammad Taufik dan M Syarif.

Menurut Yunarto, dua politisi Gerindra itu menyatakan bersedi menjadi nomor dua bila jadi berkoalisi dengan PDI-P.

“Untuk kalahkan incumbent (petahana) harus gandeng mesin parpol kuat dan itu hanya bisa didapatkan di PDI-P. Konsekuensinya jadi nomor dua,” kata Yunarto.

Gerindra, kata dia, memiliki harapan besar skenario pertama itu terwujud. Pasalnya, secara elektabilitas, Sandiaga masih jauh di bawah Ahok jika bersaing menjadi calon gubernur.

Gerindra akan mengajukan Sandiaga sebagai calon gubernur bila skenario pertama untuk berkoalisi dengan PDI-P gagal. Namun, Gerindra perlu usaha keras untuk bisa menyaingi Ahok.

“Kalau pun elektabilitas (Sandiaga) naik, bisa dikatakan stagnan. Elektabilitasnya belum sampai dua digit,” kata Yunarto.

 

Sumber : kompas.com

Pendukung Dinilai Tidak Terlalu Mementingkan Cara Ahok Maju pada Pilkada

Pengamat politik dari Charta Politika, Yunarto Wijaya, mengatakan, para pendukung Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok tidak terlalu mementingkan cara Ahok maju pada Pilkada DKI mendatang.

Ahok telah memilih jalur partai politik untuk maju pada Pilkada DKI mendatang. Dari survei yang dilakukan, Yunarto menjelaskan bahwa pendukung Ahok lebih merespons bagaimana agar Ahok bisa maju menjadi calon gubernur, bukan metode atau cara Ahok maju mencalonkan diri.

Pada survei yang dilakukan, Yunarto menyebut sangat tipis perbedaan ketika ditanyakan apakah para pendukung setuju jika Ahok maju melalui jalur parpol atau lebih memilih jalur independen.

“Jangan kemudian ditafsirkan bahwa orang yang ikut serta mendukung Ahok melalui Teman Ahok kemudian menolak jalur partai. Karena survei membuktikan bahwa pertanyaan apakah Ahok boleh menggunakan jalur parpol itu hampir berimbang, tapi memang sedikit lebih unggul jalur independen,” ujar Yunarto saat dihubungi Kompas.com, Rabu (27/7/2016).

Yunarto menambahkan bahwa saat tiga parpol mulai mendeklarasikan dukungan ke Ahok, para pendukung Ahok melihat bahwa ada alternatif lain untuk Ahok mencalonkan diri. Dalam pertanyaan pada survei lainnya, kata Yunarto, para pendukung Ahok mengiyakan saja apa pun jalur yang dipilih Ahok.

Di samping itu, alasan Ahok untuk lebih memilih jalur parpol bukan karena tidak percaya kepada 1 juta KTP yang telah dikumpulkan oleh Teman Ahok. Namun, lebih karena pertarungan sengit yang akan dihadapi ketika Pilkada dan jika terpilih untuk kedua kalinya menjadi gubernur DKI.

“Bukan permasalahan mengenai 1 juta KTP, tapi sistem verifikasi yang singkat bisa membuka celah. Kedua disadari ada serangan sangat besar kepada Ahok jika memulai sebuah kerja politik yang kedua tanpa dukungan parpol,” ujar Yunarto.

Basuki Tjahaja Purnama memilih jalur parpol sebagai tunggangan politiknya pada Pilkada DKI. Sebelumnya Ahok sempat menggumbar jika dirinya akan maju melalui jalur independen, yaitu melalui Teman Ahok.

Kompas.com